Pemerintah mengantisipasi kenaikan harga daging dan telur ayam menjelang Lebaran. Penyebabnya adalah kenaikan konsumsi masyarakat dan harga kedua komoditas ini yang memang ada di level rendah menjelang Ramadan.
Pemerintah belum akan melakukan intervensi karena menilai kenaikan masih wajar dan akan menguntungkan peternak. “Perlu diperhatikan harga di peternak yang cenderung turun sejak Januari-Maret,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan Karyanto Suprih, Selasa (30/5).
(Baca juga: Realisasi Penyaluran Beras Rendah, Bulog Salahkan Kementerian Sosial)
Hingga pekan ketiga Mei 2017, harga rata-rata daging ayam di DKI Jakarta Rp 33.066 per kilogram atau naik 1,28 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Begitu pula harga telur ayam saat ini Rp 21.899 per kilogram atau naik 4,35 persen dalam sepekan.
Kenaikan harga kedua komoditas ini juga tampak di beberapa kota lain seperti Palembang, Bandung, Semarang dan Surabaya.
Sementara di tingkat nasional, data Negeri Kementerian Perdagangan menunjukkan harga daging ayam naik dari Rp 31.741 per kilogram menjadi Rp 31.908 per kilogram. Sementara, harga telur ayam secara nasional naik tipis dari Rp 22.455 per kilogram menjadi Rp 22.545 per kilogram.
(Baca juga: Jokowi Minta Pantau Harga Bahan Pokok dan Pasokan BBM Jelang Lebaran)
Meski harga cenderung naik, Karyanto memastikan bahwa stok daging dan telur ayam saat ini cukup melimpah. “Ketersediaan daging dan telur ayam rasa man,” ujarnya.
Menurut prognosa Kementerian Pertanian, produksi daging ayam sepanjang Juni 2017 mencapai 296.899 ton, sementara kebutuhannya hanya 291.681 ton. Dengan Hari Raya Idul Fitri jatuh pada 25 atau 26 Juni 2017, hingga akhir bulan ini, akan ada surplus daging ayam sebesar 5.219 ton.
Sementara prognosa produksi telur ayam pada Juni 2017 mencapai 200.557 ton dan kebutuhannya sebesar 161.099 ton. Dengan demikian, akhir bulan ini ada kelebihan stok telur ayam sebesar 39.459 ton.