TPP Terancam Kandas, Indonesia Pacu Koalisi Dagang Kubu Cina

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Pingit Aria
6/12/2016, 17.52 WIB

Di tengah ketidakpastian soal nasib Trans Pasific Partnership (TPP) setelah terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat, koalisi dagang dengan kubu Cina terus berlanjut. Selasa (6/12) ini, Indonesia menjadi tuan rumah dalam putaran ke-16 perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).

Ada 16 negara yang menjadi anggota RECP. Di antaranya, ada 10 negara anggota ASEAN yakni Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Selain itu ada enam negara mitra yakni Cina, Australia, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru. (Baca juga: Negara Maju Berbalik Yakin Program Trump Mampu Dongkrak Ekonomi)

Menteri Perdagangan Republik Indonesia Enggartiasto Lukita berharap perundingan RCEP bisa diselesaikan pada tahun 2017. “Sebagai koordinator dan Ketua Komite Perundingan, Indonesia berperan penting memajukan perundingan RCEP, terutama karena terjadinya penangguhan beberapa inisiatif perdagangan regional, seperti Trans-Pacific Partnership (TPP) dan Trans-Atlantic Trade and Investment Partnership,” kata Enggar dalam sambutannya di Indonesia Convention Exhibition, Bumi Serpong Damai, Tangerang, Selasa, 6 Desember 2016.

Keraguan atas beberapa inisiatif kerjasama itu, menurut Enggar, telah berdampak negatif bagi sistem perdagangan dunia. “Fenomena Brexit dan beberapa pemilihan umum di negara-negara Eropa turut menciptakan ketidakpastian bagi Uni Eropa dan berdampak pada perdagangan dan investasi global,” katanya.

Sebaliknya, ia percaya penyelesaian perundingan RCEP akan membawa dampak positif pada ekonomi regional maupun ekonomi global. RCEP, menurut Enggar, bisa jadi harapan di tengah suramnya kondisi perdagangan global, ditambah dengan meningkatnya proteksionisme di kedua negara maju dan berkembang.

(Baca juga: Negosiasi Perdagangan Bebas dengan Australia Dikebut Bulan Depan)

Enggar melihat kekuatan ekonomi yang dimiliki negara-negara anggota RCEP akan berkontribusi besar pada perbaikan ekonomi di kawasan. RCEP memiliki populasi sebesar 45 persen populasi dunia dan kombinasi produk domestik bruto hingga US$ 22,4 triliun. Kawasan ini juga mencakup 30 persen dari total perdagangan dunia. Selain itu, pertumbuhan negara besar yang terlibat seperti Cina, India, dan Indonesia yang akan mencapai nilai US$ 100 triliun pada 2050.

Lebih lanjut, Enggar menjelaskan bahwa RCEP akan memberikan manfaat bagi Indonesia untuk memperoleh akses pasar yang lebih baik dibandingkan dengan yang didapat dari Free Trade Agreement (FTA) antara ASEAN dan para negara mitra. Melalui perundingan ini, hal-hal yang belum didapat Indonesia dari berbagai FTA dalam format ASEAN+1, bisa diperbaiki seperti akses pasar produk pertanian ke India dan Cina.

(Baca juga: Negosiasi Perdagangan Bebas dengan Australia Dikebut Bulan Depan)

Bagi Indonesia, 15 negara anggota RCEP lain mewakili 56,2 persen ekspor Indonesia ke dunia dan 70 persen impor Indonesia dari dunia. RCEP juga merupakan 48,21 persen sumber investasi asing (Foreign Direct Investment/FDI) bagi Indonesia.

Sampai saat ini, para perunding masih kesulitan menyepakati modalitas perundingan barang, jasa, dan investasi. Satu-satunya bidang perundingan yang telah berhasil diselesaikan adalah bab perundingan tentang Kerja Sama Ekonomi dan Teknis. Diharapkan pada putaran perundingan ke- 16 ini, dapat diselesaikan bab tentang usaha kecil dan menengah.

Reporter: Pingit Aria