Pengusaha Cemas Ekspor dan Industri RI Terganggu Efek Resesi Korsel

ANTARA FOTO/Mohamad Hamzah/hp.
Suasana bongkar muat peti kemas saat matahari akan tenggelam di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (5/5/2020). Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat angkutan barang lewat laut mengalami kenaikan ditengah berbagai kebijakan yang diambil untuk mengantisipasi pandemi COVID-19.
Editor: Ekarina
25/7/2020, 06.30 WIB

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2018, Korsel merupakan negara tujuan ekspor dan sumber impor terbesar ke-6 Indonesia. Total nilai perdagangan kedua negara mencapai US$ 18,62 miliar atau setara Rp 272 triliun. 

Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia tercatat sebesar US$ 9,54 miliar atau setara Rp 139 triliun dan impor Indonesia sebesar US$ 9,08 miliar atau setara Rp 133 triliun. Dengan demikian, Indonesia mencatatkan surplus perdagangan terhadap Korsel sebesar US$ 460 juta atau setara Rp 6,7 triliun.

Komoditas ekspor andalan Indonesia yaitu batu bara, bijih tembaga, karet alam, kayu lapis, dan timah. Adapun komoditas impor utama Indonesia yaitu karet sintetis, produk baja lembaran, produk elektronik, dan kain tenun filamen sintetis.

Sebagai informasi, Produk Domestik Bruto (PDB) Korea Selatan tercatat negatif hingga 3,3% secara kuartalan pada kuartal II-2020. Sepanjang Januari-Maret 2020, PDB negara ini juga terkontraksi 1,3% dibandingkan kuartal sebelumnya.

Karena itu, Korea Selatan bisa disebut mengalami resesi ekonomi lantaran mencatat pertumbuhan negatif selama dua kuartal berturut-turut dalam setahun. 

Adapun detil pertumbuhan ekonomi Korea Selatan bisa dilihat dalam databoks berikut:

Halaman:
Reporter: Tri Kurnia Yunianto