Pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) perlu diberikan edukasi mengenai perkembangan dunia bisnis, terutama bagaimana menjalankan bisnis di tengah pandemi. Hal itu disampaikan Direktur Utama Bank Republik Indonesia (BRI Sunarso dalam webinar Jaga UMKM Indonesia pada Kamis, (5/8) kemarin.
Sunarso mengatakan edukasi menjadi penting bagi pelaku UMKM agar mereka memiliki kapabilitas dalam berbisnis. Bukan hanya kapabilitas permodalan, namun juga bagaimana mereka mampu bersaing dan menjangkau konsumen sebanyak-banyaknya.
“Saya secara tegas menjawab, yang lebih dibutuhkan oleh UMKM bukan advokasi, tetapi edukasi. Diedukasi supaya nanti mereka itu mereka memiliki kapabilitas. Bukan kapabilitas permodalan, karena di sini modal, kan menjadi bagian dari pada yang harus diakses di pasar, pasar modal namanya dan pasar pembiayaan,” jelas Sunarso.
Dia menambahkan, tidak semua pelaku UMKM memiliki daya juang entrepreneurship yang baik, termasuk dalam hal pengelolaan keuangan perusahaan. Karena itulah, mengajarkan pelaku UMKM mengenai pengelolaan keuangan, seperti administrasi manajerial sangatlah penting. Selain itu, mereka perlu diajari juga bagaimana cara mengakses informasi, pasar, dan permodalan. Pengetahuan ini bisa membuat pelaku UMKM mengetahui pentingnya bisnis yang berkelanjutan atau sustainable.
Di samping pelaksanaan sustainable business, Sunarso mengatakan bahwa edukasi mengenai mekanisme pengaturan maupun pengelolaan dari bisnis yang berjalan atau Good Corporate Governance (GCG) juga merupakan hal yang tak kalah penting. Dengan pemahaman GCG yang baik, maka mereka akan dengan mudah menjangkau lembaga atau pihak lain terkait permodalan.
“Saya simpulkan kalau sudah diedukasi seperti itu maka mereka akan menjadi gadis cantik, istilah saya. Maka, lembaga pembiayaan akan berebut untuk melamar. Karena berebut, maka akan menurunkan biaya semurah mungkin. Sehingga, semua lembaga pembiayaan berusaha untuk berproses melalui kredit proses dengan biaya pembiayaan yang murah,” ujar Sunarso.
Co-founder Warung Pintar Agung Bezharie Hadinegoro menyampaikan bahwa digitalisasi merupakan hal penting yang harus dilakukan para pelaku UMKM di tengah kondisi pandemi seperti saat ini.
Agung mengatakan, edukasi mengenai digitalisasi harus diterapkan karena willingness digitalize terhadap UMKM saat ini sangat banyak didambakan. Terlebih, perilaku masyarakat sudah banyak berubah semenjak adanya pembatasan mobilitas selama pandemi.
“Jadi, kalau misalnya dua tahun yang lalu, barang-barang consumption goods yang mungkin lebih laku, jadi kurang laku. Barang-barang yang tadinya mungkin tidak secepat itu terjual, malah jadi lebih laku. Consumer behavior banyak berubah dan itulah akhirnya yang bikin warung juga sekarang ada sedikit polisi tidurnya. Jadi, butuh beradaptasi,” tukasnya.
Agung menambahkan bahwa supply chain pelaku UMKM seperti warung ataupun grosir masih sangat tradisional. Hal tersebut membuat warung kesulitan menjangkau barang yang dibutuhkan dari pihak produsen atapun kesulitan menambah kapasitas produksi mereka.
“Banyak juga middle man mainin supply dan demand yang berubah. Nah inilah yang sebenarnya lumayan mengganggu kita sebagai pemain digitalisasi, dan kita berusaha bagaimana caranya kita digitalisasi supply chain nya keatas,” ujarnya.
Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang transformasi bisnis mikro di Indonesia, Warung Pintar merasakan adanya akselerasi yang tinggi terhadap keinginan digitalisasi bisnis selama satu tahun terakhir. Agung menyebutkan bahwa user base perusahaannya itu tumbuh puluhan kali lipat dalam kurun waktu setahun dari beberapa player, yakni warung, distributor, grosir.
“Yang kita rasakan satu tahun terakhir itu adanya akselerasi keinginan mendigitalisasi bisnis. Kelihatan sekali user base Warung Pintar itu tumbuhnya puluhan kali lipat dalam kurun waktu setahun, dari warung, distributor, grosiran. Maka, saya mengatakan bahwa edukasi soal digitalisasi itu penting,” jelasnya.
(Nada Naurah)