Potensi Besar, Ekspor UMKM ke Korsel Digenjot Dari Salak Sampai Ikan

ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Warga penjemuran ikan tongkol yang telah dibersihkan untuk diolah menjadi ikan kayu (keumamah) di salah satu tempat pengolahan ikan Keumamah Desa Lampulo, Banda Aceh, Aceh, Minggu (23/2/2020). Olahan ikan merupakan salah satu prpduk andalan ekspor UMKM ke Korsel.
20/9/2021, 09.59 WIB

Indonesia membidik Korea Selatan (korsel) sebagai salah satu pasar ekspor produk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).  Sejumlah peluang pun terus dijajaki untuk memenuhi target tersebut.

Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menyampaikan, Persetujuan Indonesia-Korea Selatan Comprehensive Economic Partnership Agreement (IK-CEPA) akan sangat menguntungkan ekspor produk UMKM karena tarifnya nol persen.

Karena itulah, Kementerian Perdagangan (Kemendag) berupaya untuk memfasilitasi produk UMKM di daerah dalam memasuki pasar Korea Selatan.

“Melalui IK-CEPA, terdapat 11.267 produk Indonesia yang dapat dipasarkan ke Korea Selatan dengan tarif nol persen. Hal ini dapat dimanfaatkan produ UMKM di daerah untuk masuk ke pasar Korea Selatan,” kata Jerry dalam keterangan resminya, Sabtu (18/9).

Dalam perdagangan jasa, kedua negara membuka akses pasar terhadap lebih dari 100 subsektor jasa dan akan akan terus bertambah nantinya. Hal ini dinilai baik bagi peningkatan perdagangan jasa kedua negara dan meningkatkan kepercayaan akan kualitas sektor jasa masing-masing.

Sebagai informasi, Kemendag telah menyelesaikan 23 persetujuan dagang dengan negara mitra. Untuk itu, Kemendag terus melakukan sosialisasi di berbagai daerah agar persetujuan tersebut dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha, khususnya UMKM.

“Kemendag memiliki Balai Pendidikan dan Pelatihan Ekspor Indonesia yang dapat dimanfaatkan UMKM untuk meningkatkan peluang produknya diterima di pasar global.

Selain itu, Kemendag juga memiliki 46 perwakilan perdagangan di luar negeri yang dapat memfasilitasi UMKM untuk melakukan penjajakan kesepakatan dagang dengan importir negara mitra,” kata dia.

 Proses ratifikasi persetujuan IK-CEPA diharapkan bisa segera diselesaikan oleh kedua negara . Setelah IK-CEPA diratifikasi oleh parlemen dan resmi berlaku, ia menyebut akan banyak inisiatif kerja sama baru yang dapat memfasilitasi hubungan bisnis antara kedua negara melalui peningkatan perdagangan dan investasi.

Sebagai informasi, perundingan IK-CEPA pertama diluncurkan pada 2012 dan sempat terhenti pada 2014—2018. Pada 2019, persetujuan direaktivasi hingga mencapai 10 putaran perundingan kemudian ditandatangani pada 18 Desember 2020.

Fitur utama persetujuan IK-CEPA terdiri dari peningkatan akses pasar, fasilitasi perdagangan dan investasi, serta pembangunan kemitraan strategis.

Adapun cakupan persetujuan terdiri dari perdagangan barang, aturan asal, prosedur kepabeanan dan fasilitasi perdagangan, perdagangan jasa, investasi, kerja sama ekonomi, serta masalah hukum dan kelembagaan.

 Beberapa produk Indonesia yang berpotensi mengalami kenaikan ekspor ke Korea Selatan, yaitu sepeda, sepeda motor, aksesoris sepeda motor, olahan ikan, kaos kaki, rumput laut, durian, dan salak.

Sementara potensi peningkatan impor produk Korea Selatan yaitu sayur dan buah kaleng, baju hangat, olahan susu (yogurt), kain wol, dan kayu lapis.

Pada periode Januari—Juli 2021, total perdagangan Indonesia-Korea Selatan tercatat sebesar US$ 10,02 miliar atau naik 30% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Dari jumlah tersebut, ekspor Indonesia ke Korea Selatan tercatat sebesar US$ 4,73 miliar dan impor Indonesia dari Korea Selatan tercatat sebesar US$ 5,29 miliar.

Produk ekspor utama Indonesia ke Korea Selatan di antaranya batu bara, produk besi baja lembaran, pakaian jadi, kayu lapis, serta karet alam. Sementara impor Indonesia dari Korea Selatan di antaranya sirkuit terpadu elektronik dan bagiannya, karet sintetis, kain rajutan, produk baja, serta peralatan laboraturium.

Reporter: Cahya Puteri Abdi Rabbi