Kinerja industri otomotif mampu melaju kencang di tengah hantaman dampak pandemi Covid-19. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan, produk industri otomotif di Tanah Air telah diekspor ke lebih dari 80 negara. Nilainya mencapai Rp 60 triliun.
Ia menjelaskan, kendaraan bermotor roda empat atau lebih termasuk komponennya produksi Tanah Air, antara lain diekspor ke Arab Saudi, Filipina, Brunei Darussalam, Bangladesh, Myanmar, dan Kuwait.
Ekspor produk otomotif pada periode Januari-September 2021, terdiri dari207 ribu unit kendaraan utuh atau CBU (completely built up) Rp 37,65 triliun, 62 ribu set CKD (completely knock down) atau mobil yang diekspor secara terurai Rp 0,96 triliun, serta 65 juta pieces komponen Rp 21,86 triliun. "Potensi industri otomotif saat ini, didukung oleh 21 perusahaan industri kendaraan bermotor roda empat atau lebih dengan total nilai investasi telah mencapai Rp 71,35 triliun," kata Agus dalam keterangan resminya, Kamis (11/11).
Agus mengatakan, industri otomotif Indonesia saat ini memiliki kapasitas produksi 2,35 juta unit per tahun dan menyerap tenaga kerja langsung sebanyak 38 ribu orang. Lebih dari 1,5 juta orang bekerja di sepanjang rantai nilai sektor industri otomotif.
Menurut dia, industri otomotif mampu memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian nasional. Hal ini membuat pengembangan sektor otomotif menjadi salah satu prioritas, sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
Industri otomotif juga mendapatkan dukungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam bentuk pemberian relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP). Insentif tersebut diharapkan mampu memberikan dampak signifian pada pemulihan sektor industri otomotif dan meningkatkan kepercayaan dari pelaku industri.
Pemerintah mencatat, PnBM DTP telah diperoleh 319 perusahaan industri komponen Tier 1. Insentif yang diterima perusahaan-perusahaan tersebut diharapkan mendorong peningkatan kinerja industri komponen Tier 2 dan 3 yang sebagian besar termasuk kategori industri kecil dan menengah (IKM).
"Hal ini tentunya juga akan berdampak positif bagi pemulihan sektor industri otomotif yang memiliki multiplier effect yang cukup luas bagi sektor industri lainnya," kata dia.
Agust juga menekankan bahwa Indonesia sebagai pasar terbesar produk otomotif di ASEAN. Hal ini menjadi peluang bagi pengembangan dan industrialisasi kendaraan bermotor, termasuk yang hemat energi dan ramah lingkungan sesuai dengan tren global yang sedang berkembang. ”Kami berupaya untuk memproduksi kendaraan yang ramah lingkungan, seperti yang berbasis EV. Kami juga masih punya program LCGC, yang nantinya ada lompatan teknologi hidrogen,” katanya.