Proyek pembangunan Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat hampir selesai. Pelabuhan tersebut diharapkan bisa memulai kegiatan ekspor setelah dilakukan pengambilalihan operator pada bulan depan.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi berharap serah terima operator Pelabuhan Patimban bisa dilakukan pada 17 Desember mendatang. PT Pelindo saat ini menjadi operator Patimban setelah diberi penugasan Kementerian Perhubungan.
Nantinya, pelabuhan yang digadang-gadang terbesar di Indonesia tersebut akan dijalankan PT Pelabuhan Patimban Indonesia (PPI) dan Toyota Tsusho Corporation. “Setelah serah terima dilakukan, diharapkan pada 17 Desember 2021 sudah dimulai kegiatan ekspor di pelabuhan ini,” kata Budi Karya, dalam siaran pers, Kamis (18/11).
Budi Karya saat mendampingi Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meninjau Pelabuhan Patimban, Kamis (18/11).
Kunjungan tersebut untuk memastikan penyelesaian akses jalan menuju pelabuhan, termasuk konektivitas jalur pantai utara (pantura) dan akses jalan tol, kondisi operasional pelabuhan dan besaran muatan, juga ketersediaan sarana prasarana pendukung seperti air, Listrik, Bahan Bakar Minyak (BBM) dan telekomunikasi.
Patimban yang dibangun dengan menghabiskan dana sekitar Rp 43 triliun, sudah memulai operasi setahun lalu.
Sejak Januari hingga Desember, kegiatan bongkar muat di Pelabuhan Patimban sudah mencapai total 12.335 unit kendaraan.
Sedikitnya sembilan kapal sudah beroperasi dengan rute Patimban-Belawan dan Patimban-Makassar.
Kesembilan kapal tersebut yaitu Ferrindo 5, Serasi V, MV Ostina, Kalimantan Leader, Harmoni Mas 3, Serasi I, Harmoni Mas 8, MV Sulawesi Leader, dan KM Panorama Nusantara.
Pelabuhan ini menjadi salah satu alternatif rute bagi jalur angkutan barang yang tidak hanya mendukung ekspor produk otomotif. Selain itu, menggerakkan ekonomi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM), sektor pertanian, industri kreatif, serta produk lainnya.
Budi Karya Sumadi mengatakan, progres pembangunan Pelabuhan Patimban paket satu sudah selesai 100%.
Paket satu terdiri dari terminal peti kemas seluas 35 hektare dengan kapasitas 250 ribu TEUs, terminal kendaraan seluas 25 hektare berkapasitas 218 ribu kendaraan utuh (CBU), area reklamasi 60 hektare, dan area kolam seluas 10 meter.
"Ini 60 hektar yang sudah direklamasi dan sudah bisa ekspor mobil 200 ribu dan kontainer sudah bisa 300 ribu disini," kata mantan Dirut Angkasa Pura II tersebut.
Ia menjelaskan, paket dua yang terdiri dari pengerjaan breakwater, seawall, dan pengerukan alur pelayaran saat ini progresnya telah mencapai 99,66%.
Sementara itu, untuk pengerjaan jembatan penghubung yang masuk dalam paket tiga saat ini progresnya mencapai 82,41%. Ditargetkan pengerjaan paket akan selesai pada akhir tahun 2021.
Sementara itu, Luhut menjelaskan pembangunan pelabuhan tersebut bertujuan untuk mengurangi biaya logistik dengan mendekatkan pusat produksi dengan pelabuhan dan mengurangi tingkat kemacetan lalu lintas di Jakarta dengan pembagian arus lalu lintas kendaraan.
Juga, menjamin keselamatan pelayaran termasuk eksplorasi gas.
"Oleh karena itu pelabuhan Patimban ini sangat perlu kita dorong progresnya," kata Mantan Kepala Staf Kepresidenan tersebut.
Ia berharap, pelabuhan Patimban ini dapat menjadi stimulator pengembangan wilayah di daerah Subang, serta dapat memangkas waktu tempuh distribusi dari Kawasan industri ke Pelabuhan.
Pelabuhan Patimban diharapkan menjadi cikal bakal Kawasan Regional Metropolitan Rebana, yang dapat menciptakan 4,39 juta peluang pekerjaan pada tahun 2030.
Keberadaan pelabuhan juga diharapkan bisa memicu laju pertumbuhan ekonomi sampai 7,16%.
Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil yang turut hadir mengatakan, pelabuhan Patimban perlu didukung konektivitas yang baik untuk menunjang pengembangan industri.
Hal ini menurutnya agar bisa bersaing dengan Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak.
"Saya minta Pak, kepada Kementerian Perhubungan sebanyak-banyaknya melakukan konektivitas karena disitulah lahir kemudahan kenaikan ekonomi," kata pria yang akrab disapa Kang Emil tersebut.