Luhut Sebut Pelabuhan Patimban Penarik Investasi Mobil Listrik
Pelabuhan Patimban yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) baru saja diresmikan Presiden Jokowi pada 23 Desember lalu. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut pelabuhan internasional ini berperan strategis untuk mengurangi biaya logistik agar daya saing investasi dalam negeri bisa meningkat.
Luhut menyebut keberadaan Patimban ini akan mendorong investasi industri mobil listrik di dalam negeri. "Kami berencana bangun pabrik mobil listrik di kawasan dekat Patimban (Jawa Barat)," kata Luhut dalam acara Kaleidoskop 2020: Komitmen Negara Membangun Infrastruktur secara virtual, Selasa (29/12).
Pelabuhan Patimban pada tahan awal memiliki kapasitas sebesar 3,75 juta teus dan kemudian akan berkembang hingga 7 juta teus. Selain terminal untuk peti kemas, pelabuhan Patimban juga menyediakan terminal untuk mobil dengan kapasitas tahap awal sebanyak 218 ribu mobil CBU dan kemudian akan meningkat menjadi 600 ribu kendaraan.
Pelabuhan Patimban memiliki lokasi yang strategis, berdekatan dan Bandara Kertajati serta kawasan industri Bekasi, Karawang, dan Purwakarta. Luhut pernah menyatakan Patimban ini menjadi pintu ekspor mobil listrik.
Produsen asal Korea Selatan tahun lalu meneken perjanjian akan membangun pabrik senilai Rp 21 triliun pada tahun lalu. Baru-baru ini produsen otomotif asal Jepang, Toyota Motor Corp. bakal berinvestasi Rp 28 triliun untuk mengembangkan mobil listrik di Indonesia hingga tiga tahun ke depan.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, pembangunan infastruktur nantinya tak lagi membuat transportasi Indonesia berpusat pada Jawa. Kementerian Perhubungan merencanakan membuka akses wilayah-wilayah yang tertinggal.
Salah satunya membangun pelabuhan di Ambon dan wilayah sekitarnya untuk membangun sentra industri perikanan. Sehingga nanti perikanan di Maluku dan Papua, dapat terhubung ke Ambon dan memudahkan untuk ekspor ke negara terkait seperti Jepang.
Ambon juga diharapkan menjadi sentra untuk transit dalam melakukan perjalanan ke Jepang maupun Australia. “Kami menilai Indonesia bagian timur adalah masa depan. Karena itu, kami juga melakukan peningkatan barang-barang produk yang memiliki nilai ekonomi, bisa diangkut ke bagian barat Indonesia,” ujar Budi.