Kementerian Perdagangan (Kemendag) menyatakan ada potensi peningkatan permintaan bahan pokok pada Ramadan 2022. Pihaknya juga mewaspadai kenaikan harga bahan pokok yang dipengaruhi harga internasional seperti jagung, sapi bakalan, dan gula.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan meramalkan kasus Covid-19 akan melandai pada April 2022. Artinya, pemerintah akan mulai melonggarkan beberapa aturan pembatasan mobilitas saat Ramadan 2022.
"Tentunya hal ini perlu diwaspadai akan terjadi kenaikan permintaan efek pelonggaran PPKM (Peraturan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) dan euforia untuk hari besar keagamaan," kata Oke dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi VI DPR, Kamis (24/3).
Oleh karena itu, Oke menyampaikan pihaknya akan terus mengawasi perkembangan harga komoditas internasional. Sebab, sebagian harga bahan pokok masih dipengaruhi harga internasional, seperti jagung dan kedelai.
Oke mencatat perkembagan harga internasional telah membuat harga barang pokok di dalam negeri saat ini naik cukup tinggi dibandingkan Maret 2020. Sebagian bahan pokok yang dimaksud adalah jagung (97%), sapi bakalan (67%), dan gula (47,63%)
Selain itu, menurut Oke, Kemendag akan terus mengikuti kondisi konflik Rusia-Ukraina. Seperti diketahui, konflik tersebut mempengaruhi harga beberapa komoditas internasional, seperti gandum, minyak nabati, dan pupuk.
Oke mengatakan ketersediaan barang pokok selama Ramdhan 2022 secara umum mencukupi kebutuhan. Oleh karena itu, dia meminta agar pemangku kepentingan menjual bahan pokok dengan harga yang wajar, memenuhi penugasan yang diberikan, dan tidak menimbun.
"Kementerian Perdagangan tidak segan untuk mengambil tindakan tegas jika terjadi pelanggaran (selama Ramadan)," kata Oke.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan ketersediaan 12 komoditas pangan penting menjelang Ramadan 2022 terjaga. Dua belas komoditas penting yang dipilih Kementerian Pertanian (Kementan) adalah beras, jagung, kedelai, bawang merah, bawang putih, cabai merah keriting, cabai rawit merah, daging sapi, daging ayam ras, telur ayam ras, gula konsumsi, dan minyak goreng.
Dari ke-12 bahan pangan tersebut, hanya empat komoditas yang harus mengandalkan pasokan impor, yakni bawang putih, kedelai, daging sapi, dan gula konsumsi.
Berdasarkan data Kementan, ada dua komoditas yang masih memiliki surplus cukup besar pada neraca Januari-Mei 2022, yakni beras (9,84 juta ton) dan jagung (3,18) juta ton. Sementara itu, surplus terendah dimiliki oleh daging sapi (31,15 ribu ton).
Volume dan nilai impor daging sapi Indonesia mengalami kenaikan pada 2021, menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS). Bahkan, angkanya mencapai yang tertinggi selama lima tahun terakhir. Volume impor daging sapi tersebut sebesar 273,53 ribu ton pada tahun lalu. Jumlah itu naik 22,4% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada 2020, impor daging sapi sebesar 223,42 ribu ton.