WHO Rapat Darurat Bahas Cacar Monyet yang Menyebar ke 11 Negara

ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/aww
Petugas Kesehatan Karantina Bandara Soekarno Hatta melakukan pemeriksaan acak suhu badan penumpang yang baru mendarat di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Selasa (14/5/2019). Pemeriksaan acak dilakukan untuk mewaspadai adanya penumpang yang terjangkit penyakit Cacar Monyet atau Monkeypox, dimana pemeriksaan dilakukan bagi penumpang yang tiba dari penerbangan Singapura dan Afrika.
21/5/2022, 15.10 WIB

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) mengadakan pertemuan darurat untuk membahas wabah cacar monyet yang saat ini setidaknya telah menyebar ke 11 negara di luar Afrika pada Jumat waktu setempat (20/5). Sebanyak 100 kasus telah ditemukan atau dicurigai di Eropa.

Kelompok WHO yang mengadakan pertemuan tersebut adalah Strategic and Technical Advisory Group on Infectious Hazards with Pandemic and Epidemic Potential (STAG-IH). Mereka memberikan saran tentang risiko infeksi yang dapat menimbulkan ancaman kesehatan global.

Namun demikian, pertemuan tersebut tidak memutuskan apakah wabah harus dinyatakan sebagai darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Peringatan tertinggi WHO tersebut saat ini telah diterapkan pada pandemi Covid-19.

"Tampaknya ada risiko rendah bagi masyarakat umum saat ini," kata seorang pejabat senior pemerintah AS seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (21/5).

Penyakit cacar monyet setidaknya telah menyebar di sebelas negara yaitu Belgia, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Portugal, Spanyol, Swedia, Inggris, Kanada dan Australia. Spanyol melaporkan 24 kasus baru, terutama di wilayah Madrid. Pemerintah setempat telah menutup sauna yang diduga menjadi tempat penyebaran virus cacar monyet tersebut.

Virus ini pertama kali diidentifikasi pada monyet dan menyebar melalui kontak dekat. Cacar monyet biasanya merupakan penyakit virus ringan, ditandai dengan gejala demam serta ruam bergelombang yang khas.

Terbaru, Jerman mendeteksi kasus cacar monyet pertama di negara tersebut. "Ini adalah wabah cacar monyet terbesar dan paling luas yang pernah terlihat di Eropa," kata layanan medis angkatan bersenjata Jerman, Jumat (20/5).

Fabian Leendertz, dari Robert Koch Institute, menggambarkan wabah itu sebagai epidemi. Namun dia memprediksi wabah tersebut tidak akan berlangsung lama.

“Kasus-kasus tersebut dapat diisolasi dengan baik melalui contact tracing dan ada juga obat-obatan serta  vaksin efektif yang dapat digunakan jika diperlukan,” katanya.

Tidak ada vaksin khusus untuk cacar monyet. Namun data menunjukkan bahwa vaksin yang digunakan untuk membasmi cacar memiliki tingkat efektifitas hingga 85% melawan cacar monyet.

Sejak tahun 1970, kasus cacar monyet telah dilaporkan di 11 negara Afrika. Nigeria telah mengalami wabah besar yang sedang berlangsung sejak 2017.

Kasus cacar monyet pertama di Eropa dikonfirmasi pada 7 Mei 2022. Penyakit itu ditemukan di Inggris dari seseorang yang baru kembali dari Nigeria. Sejak itu, akademisi Universitas Oxford melacak lebih dari 100 kasus telah menyebar di luar Afrika.

Berdasarkan data Asian Development Bank, dunia pernah beberapa kali mengalami wabah penyakit. Ebola merupakan wabah dengan tingkat kematian tertinggi.

Wabah berasal dari Afrika itu memiliki tingkat kematian hingga 50%. MERS dan SARS menyusul dengan tingkat kematian sebesar 34,3% dan 10%.