Citilink Mendarat Darurat karena Pilot, Pengamat: Kebobolan Dua Kali

ANTARA FOTO/Idhad Zakaria/foc.
Sejumlah penumpang menaiki pesawat ATR 72-600 milik maskapai penerbangan Citilink di Bandara Jenderal Besar Soedirman (JBS), Purbalingga, Jawa Tengah, Kamis (3/6/2021).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Yuliawati
22/7/2022, 17.34 WIB

Pesawat Citilink rute Surabaya-Ujung Pandang dengan nomor penerbangan QG 307 mendarat darurat dengan kondisi Pilot Utama, Boy Awalia Asnil sakit kritis hingga meninggal dunia pada Kamis (21/7). Pengamat penerbangan Arista Atmadjati menyebutkan Citilink tidak belajar dari pengalaman sebelumnya dalam mendeteksi kesehatan pilot sebelum mengudara.

Arista menyatakan peristiwa Kamis lalu, mirip dengan kejadian pada 2016. Ketika itu, Kapten Tekad Purnama Aniamartanto dalam keadaan mabuk saat akan menerbangkan pesawat rute Surabaya-Jakarta pada Rabu, 28 Desember 2016.

Tekad diketahui mabuk karena mengisap tembakau gorila, rokok yang ditambah stimulan ganja sintetis. Setelah kejadian tersebut, Kapten Tekad dipecat dan direktur utama Citilink Indonesia mengundurkan diri.

"(Petugas) sistem profiling oleh ground hailing darat yang dikontrak Citilink atau orang Citilink itu biasanya cenderung kurang cermat," kata Arista kepada Katadata.co.id, Jumat (22/7).

Pada kasus Kapten Boy Awalia Asnil, manajemen Citilink Indonesia menyatakan semua kru dalam penerbangan tersebut sudah melewati prosedur pengecekan kesehatan dan dinyatakan fit atau laik terbang. Arista menilai pernyataan tersebut tidak tepat lantaran pemeriksaan kesehatan dilakukan oleh maskapai setiap enam bulan sekali, bukan menjelang setiap penerbangan.

Oleh karena itu, Arista mengatakan profiling kru pesawat sebelum penerbangan menjadi poin penting. Petugas operasi penerbangan dinilai tidak cukup hanya menjelaskan kondisi penerbangan saja, seperti cuaca, rute, ketinggian penerbangan, dan faktor lainnya.

"Harus lihat wajah pilot, pramugari, dan pramugara. Apakah berbicaranya gagap? Keluar keringat berlebih tidak? Fit untuk terbang? Ini kejadian kedua kok (untuk) Citilink," kata Arista.

Pada 21 Juli 2022, Kapten Boy mengendalikan pesawat Airbus-320 dengan nomor penerbangan QG 307 rute Surabaya-Ujung Pandang. Pesawat tercatat lepas landas dari Bandara Internasional Juanda tepat pukul 06.15 WIB.

Namun, pesawat tersebut mengirimkan sinyal keadaan darurat dengan alasan ketidakmampuan pilot setelah 7 menit mengudara. Tidak lama, pesawat tersebut meminta kembali ke mendarat di Bandara Juanda.

Pesawat Airbus A320 berhasil mendarat dengan aman dan selamat di Bandara Juanda. Petugas bandara langsung melakukan evakuasi dan penanganan medis pada Boy.

Pilot Boy kemudian langsung mendapatkan penanganan medis ketika mendarat di bandara. Boy kemudian dirujuk ke ke Rumah Sakit Mitra Keluarga Waru yang berjarak sekitar 6,6 kilometer dari Bandara Juanda Surabaya dan kemudian dinyatakan meninggal dunia.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada keterangan resmi dari Citilink mengenai sakit yang diderita Boy. Direktur Utama PT Citilink Indonesia, Dewa Kadek Rai, mengatakan bahwa semua kru sudah melewati prosedur pengecekan kesehatan dan dinyatakan fit atau laik terbang.

"Citilink senantiasa mengutamakan aspek keselamatan, keamanan dan kenyamanan penerbangan, oleh karena itu kami selalu berupaya sejak dini dalam mengantisipasi hal-hal yang berpotensi mengganggu keselamatan dan keamanan penerbangan," kata Dewa dalam keterangan tertulis, kamis (21/7).

Reporter: Andi M. Arief