Peristiswa tewasnya 131 orang suporter dan polisi dalam Tragedi Kanjuruhan dapat berdampak negatif kepada minat investasi di dalam negeri, khususnya di industri sepak bola. Pasalnya, Tragedi Kanjuruhan membuat citra industri di dalam negeri secara keseluruhan menjadi buruk.
Hal itu dikatakan Direktur Ganesport Institute dan Pengamat Sepak Bola Amal Ganesha Warganegara. Ganesport Institute merupakan lembaga pertama di Indonesia yang bergerak di area manajemen dan kebijakan olahraga.
Dia mengatakan, Tragedi Kanjuruhan telah mendapatkan lampu sorot dari dunia global. Menurutnya, citra buruk tersebut dapat meluas ke industri selain sepak bola.
"Baik dari sepak bola atau industri lain, selama ada tulisan Indonesia, ya negara terkena dampaknya. Saya yakin itu ada pengaruh ke investasi di luar industri sepak bola," kata Amal kepada Katadata.co.id, Kamis (6/10).
Sebagai informasi, pemerintah menargetkan nilai penanaman modal atau investasi pada 2023 mencapai Rp 1.400 triliun. Target tersebut naik Rp 200 triliun atau 16,6% dari target tahun ini sebesar Rp 1.200 triliun.
Amal yang pernah menjabat sebagai Media Executive Manchester City berpendapat dampak dari Tragedi Kanjuruhan juga bisa mencoreng citra sponsor utama Liga I Indonesia yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk atau BRI. Dia memprediksi hal itu dapat membuat bank BUMN tersebut menarik diri sebagai sponsor utama kontestasi sepak bola papan atas tersebut.
Menurut dia, kegiatan sponsorship di Indonesia berpotensi seperti kondisi FIFA dan para sponsornya di tahun 2015. Saat itu seluruh sponsor utama FIFA mundur untuk menjaga citra baiknya karena kepemimpinan FIFA saat itu, Sepp Blatter dan kawan-kawan, terjaring kasus korupsi bidding Piala Dunia 2018 dan 2022.
Amal mengatakan, investor asing yang berminat investasi di Indonesia juga akan melihat kondisi sosial di dalam negeri sebelum berinvestasi. "Pasti ada pengaruh akibat Tragedi Kanjuruhan karena itu bad image untuk Indonesia," kata Amal.
Industri sepak bola kembali mati suri
Amal mengatakan sponsorship merupakan salah satu pendapatan utama bagi industri sepak bola nasional. Namun demikian, pendapatan terbesar masih datang dari hak siar pertandingan sepak bola.
Berdasarkan laporan keuangan PT Bali Bintang Sejahtera atau Bali United pada 2019, pendapatan sport agency berkontribusi sebesar 51,68% dari total pendapatan atau mencapai Rp 114,03 miliar. Adapun, total pendapatan kotor Bali United pada 2019 adalah Rp 220,64 miliar.
Pendapatan sport agency merupakan gabungan dari pendapatan sponsorship dan pendapatan hak siar. Bali United tidak menjelaskan lebih jauh kontribusi dari pendapatan hak siar dalam laporan keuangannya.
Namun demikian, Amal yang pernah menjabat sebagai Brand Activation Head Bali United mengatakan pendapatan utama emiten berkode BOLA tersebut datang dari hak siar. Menurutnya, industri sepak bola akan kembali mati suri seperti 2020-2021 lantaran kompetisi Liga I akan diberhentikan.
"Kalau siaran tidak jalan, tidak ada pemasukan bagi klub-klub sepak bola di dalam negeri. Jadi, ibaratnya kontrak dengan sponsor terhenti. Itu multiplier effect-nya ke mana-mana," kata Amal.
Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo menginstruksikan agar pertandingan sepakbola Liga 1 dihentikan sementara pasca tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur pada Sabtu malam (1/10). Tragedi tersebut diketahui telah menewaskan 131 orang. Pemerintah yang membentuk tim investigasi sedang menyelidiki peristiwa tersebut dari berbagai aspek.
Sebelumnya, Sekretaris Perusahaan BRI, Oryza Aestika Gunarto, menyatakan Tragedi Kanjuruhan dapat menjadi pembelajaran bagi semua pihak dan dilakukan evaluasi menyeluruh, khususnya kepada pihak-pihak terkait agar kejadian tersebut tidak terjadi lagi di masa yang akan datang.
“Sebagai sponsor utama BRI Liga 1 kami berharap liga sepak bola kasta tertinggi tanah air ini dapat terselenggara dengan baik dengan menjunjung tinggi sportivitas dari semua pihak, dan kami berharap agar sepak bola dapat terus menjadi olahraga pemersatu bangsa,” katanya dalam keterangan resmi.