Kesenjangan investasi tujuan pembangunan berkelanjutan atau Suistainable Development Goals (SDGs) antara negara maju dan negara berkembang semakin lebar setelah pandemi dan perang Rusia-Ukraina. Saat ini kesenjangan tersebut mencapai US$ 4 triliun atau Rp 62.292 triliun.
Secretary General of United Nations Conference on Trade Development atau UNCTAD, Rebeca Grysnpan, mengatakan bahwa negara-negara di dunia hampir tidak memiliki kapasitas untuk mengatasi guncangan eksternal, bencana alam, kondisi darurat pada kesehatan masyarakat seperti Covid, kenaikan suku bunga, dan perang.
Grynspan mengatakan, guncangan ini telah mempersempit margin negara untuk berinvestasi. Padahal investasi lebih dibutuhkan saat ini dari sebelumnya untuk menghadapi perubahan iklim dan pulih secara inklusif guna mencapai pembangunan berkelanjutan.
"Ketika kami mengadopsi agenda 2030 pada 2015, kesenjangan investasi sudah tinggi yaitu sebesar US$ 2,5 triliun. Namun dengan perubahan iklim, pandemi Covid-19, dan perang di ukraina, kesenjangan investasi sekarang mendekati 4 triliun, ujarnya saat membuka Deklarasi Kompendiuk Bali, Senin (14/11).
Nyatanya, dia mengatakan, krisis yang terjadi saat ini telah membatalkan peningkatan investasi SDG yang sebelumnya terjadi sejak 2015. "Jadi, kompendium ini menawarkan solusi cerdas untuk tantangan investasi yang kita hadapi, " ujarnya.
Grynspan mengatakan, sangat enting melihat berbagai pendekatan untuk menghasilkan solusi yang paling tepat untuk setiap konteks lokal. Melalui kompendium, UNCTAD berupaya membantu para pembuat kebijakan untuk mempromosikan jenis investasi yang tepat bagi pembangunan berkelanjutan.
"Tidak hanya investasi yang sama sama meguntungkan, investasi yang membantu segelintir orang, sementara sisanya tertinggal pada margin rantai global dan juga tidak dapat dipertahankan secara ekonomi dalam jangka panjang," ujarnya
Dia mengatakan, investasi berkelanjutan harus menghadirkan pembangunan yang benar-benar berkeadilan, tangguh, dan inklusif bagi semua. Hal ini membutuhkan strategi, kebijakan , dan inisiatif investasi yang mendukung kapasitas produksi lokal.
"Mempromosikan nilai tambah, dan menciptakan hubungan yang signifikan antara perusahaan internasional, domestik, khususnya UKM," ujarnya.
Menurut Sustainable Development Report 2022, saat ini Indonesia sudah berhasil mencapai 69,16% dari seluruh tujuan SDGs. Pencapaian itu meningkat dibanding tahun 2015 yang skornya masih 65,03%.