Pemerintah memastikan ketersediaan dan stabilisasi harga daging sapi dan kerbau menjelang Ramadan dan Idul Fitri. Langkah yang dilakukan, selain mengoptimalkan stok daging dalam negeri juga mendorong percepatan penugasan pengadaan daging oleh BUMN Pangan.
Kepala Badan Pangan Nasional atau Bapanas Arief Prasetyo Adi, mengatakan, optimalisasi stok daging dalam negeri tetap menjadi prioritas untuk memenuhi lonjakan permintaan daging jelang puasa dan lebaran tahun ini.
Selain itu, pemerintah juga telah menyiapkan opsi pengadaan dari luar, mengingat berdasarkan Prognosa Neraca Pangan yang disusun Bapanas, stok awal daging nasional di Januari 2023 sebesar 56 ribu ton, sementara rata-rata kebutuhan daging nasional per bulan sebesar 67 ribu ton.
“Dari penghitungan neraca tersebut tentunya stok daging untuk memenuhi kebutuhan puasa dan lebaran harus di top up agar dapat memenuhi lonjakan permintaan dan kebutuhan setelahnya,” ujar Arief melalui keterangan resmi, yang dikutip Senin (20/2).
Arief menuturkan, pihaknya juga telah menyampaikan permintaan agar Menteri BUMN menugaskan ID FOOD untuk melakukan pengadaan daging sapi. "Kita juga sudah minta Bulog untuk pengadaan daging kerbau,” ujarnya.
Melalui penugasan tersebut, ID FOOD akan melakukan pengadaan sekitar 100 ribu ton daging sapi dan Bulog akan melakukan pengadaan sekitar 100 ribu ton daging kerbau.
Arief menuturkan, pengadaan tersebut diprioritaskan untuk memenuhi lonjakan permintaan saat Ramadan dan Idul Fitri 2023. Kedatangan dilakukan secara bertahap. Oleh sebab itu, dia mengatakan bahwa pihaknya akan percepat kedatangan daging sapi itu sebelum Lebaran.
Penugasan pengadaan ini sesuai dengan kesepakatan Rapat Koordinasi Teknis (Rakornis) dan Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) tingkat Menteri pada Januari lalu dalam rangka menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan 2023 dan penguatan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP).
"Langkah ini juga sejalan dengan arahan Presiden RI agar Kementerian/Lembaga secara detail menghitung dan memastikan stok pangan untuk masyarakat," ujarnya.
Arief mengatakan, selanjutnya daging sapi dan kerbau tersebut akan didistribusikan dalam beberapa jenis sehingga lebih terjangkau dan masyarakat mempunyai banyak pilihan.
Pertama jenis hot meat atau daging sapi yang langsung diperoleh dari proses setelah pemotongan sapi hidup, dengan harga sekitar Rp 135 ribu-Rp 140 ribu per kg, kemudian daging sapi beku/frozen yang didatangkan dari Brazil dengan harga kurang lebih mencapai Rp 110 ribu per kg, dan daging kerbau dengan harga sekitar Rp 80 ribu per kg.
“Kita kasih pilihan, masyarakat mau pilih yang mana, daging sapi dari sapi hidup yang baru di sembelih, daging sapi frozen, daging kerbau,” jelasnya.
Selain itu, dia menjelaskan, bahwa daging sapi dan kerbau atau ruminansia merupakan salah satu komoditas pangan strategis yang ketersediaannya masih harus ditunjang pasokan dari luar.
Mengingat produksi dalam negeri belum bisa menutupi kebutuhan nasional. Diperkirakan pada tahun 2023, produksi daging ruminansia dalam negeri sebanyak 404 ribu ton, sedangkan angka kebutuhannya sekitar 815 ribu ton dalam satu tahun.
“Untuk memenuhi kekurangan pasokan tersebut diperlukan pasokan luar. Langkah pengadaan dari luar ini yang kita dorong dan percepat dari awal, selain karena puasa dan lebaran waktunya lebih maju, juga agar tidak terjadi kelangkaan di masyarakat sepanjang tahun,” ujarnta.
Adapun untuk harga rata-rata daging ruminansia nasional di tingkat konsumen, berdasarkan Panel Harga Pangan Badan Pangan Nasional per 20 Februari berada di Rp 134.190 per kg. Harga tersebut masih di bawah Harga Acuan Penjualan atau HAP yang ditetapkan yaitu Rp 140.000 per kg dan cenderung stabil sejak Oktober 2022.