Kementerian Perindustrian belum memberi keputusan soal impor KRL atau Kereta Rel Listrik bekas dari Jepang. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan keputusan impor KRL masih menunggu hasil pemeriksaan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan atau BPKP yang saat ini sedang di Jepang.
"Tim BPKP sudah ditugaskan ke Jepang. Jadi semua tunggu audit yaa," ujar Agus kepada awak media, saat ditemui Jiexpo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (9/3).
Audit BPKP tersebut untuk mengetahui jenis barang hingga anggaran yang akan dikeluarkan untuk impor KRL. Oleh sebab itu, kata Agus, belum ada kepastian restu impor untuk PT KAI Commuter Indonesia atau KCI.
Hasil audit tersebut yang akan menentukan keputusan pemerintah untuk impor KRL atau retrofit. Retrofit merupakan penambahan teknologi atau fitur baru pada sistem lama. Agus memilih memprioritaskan retrofit karena dapat menyerap tenaga kerja, sehingga nilai tambahnya juga untuk Indonesia.
"Jadi prioritas kebijakan kita bukan impor, impor yang paling di belakang," ujarnya.
Dia mengatakan hasil audit yang akan menentukan berapa banyak jumlah KRL retrofit. "Sebanyak banyaknya kami memilih retrofit. Tapi kalau lihat kemampuan retrofit terbatas, maka pilihannya hybrid yaitu retrofit dan impor," ujar Agus.
Agus menilai, perencanaan impor KRL oleh KCI terlalu mendesak dan tidak dipersiapkan secara matang dan baik. Padahal seharusnya, perencanaan itu disiapkan dari lima tahun sebelumnya. Oleh sebab itu dia menegaskan, hal ini tidak boleh terulang kembali.
"Sehingga kami dari Kementerian Perindustrian, sebagai pembina industrinya bisa kami siapkan," kata dia.
Sebelumnya, VP Corporate Secretary KAI Commuter, Anne Purba, mengatakan sebanyak 10 rangkaian kereta akan dikonservasi atau dipensiunkan tahun ini. Sementara 19 rangkaian kereta lainnya akan dikonservasi pada 2024.
"Tahun 2023 sampai 2024 ada 29 train set yang memang dijadwalkan untuk dikonservasi," ujarnya saat ditemui di Stasiun Juanda, Jakarta, Selasa (28/2).
Anne mengatakan, KAI Commuter saat ini mengoperasikan 93 KRL untuk melayani 1,2 juta penumpang ada masa sebelum pandemi. Sementara saat ini, KAI Commuter mengoperasikan 96 KRL untuk melayani penumpang dengan 1.100 perjalanan.
"Kita tahu bahwa daerah-daerah penyangga jakarta banyak sekali yang bergantung kepada KRL ini, terutama mereka pekerja-pekerja non formal karena memang efisien dari sisi biaya ataupun waktu," ujarnya.