IBC Butuh Rp 822 Miliar untuk Akuisisi 5% Saham Pabrik Baterai Listrik

ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/foc.
Menteri BUMN Erick Thohir (tengah) didampingi Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury (kanan) dan Staf Khusus III Menteri BUMN Arya Sinulingga (kiri) pada konferensi pers pendirian Indonesia Battery Corporation (IBC) di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Jumat (26/3/2021).
Editor: Lavinda
1/6/2023, 13.12 WIB

PT Indonesia Battery Corporation atau IBC membutuhkan pendanaan minimal US$ 55 juta atau sekira Rp 822,8 miliar untuk mengakuisisi 5% saham di proyek pabrik baterai kendaraan listrik kerja sama LG Energy Solution dan Hyundai Group di Karawang, Jawa Barat.

Direktur Utama IBC, Toto Nugroho, menyampaikan perusahaan masih melakukan proses negosiasi dan uji tuntas atau due diligence untuk mengambil 5% saham proyek yang diklaim sebagai pabrik baterai listrik terbesar di Asia Tenggara tersebut.

“Masih dalam tahap negosiasi, IBC harus ambil. Untuk itu, kami harus beli dan untuk beli itu, kami harus negosiasi,” kata Toto di Hotel Sari Pacific Jakarta pada Rabu (31/5).

Pembangunan pabrik yang diberi nama ‘Proyek Omega’ itu memiliki nilai investasi sebesar US$ 1,1 miliar atau setara Rp 16,3 triliun untuk fase pertama. Para pemegang saham pada proyek tersebut juga berencana untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga 20 giga watt hour (GwH).

Proyek tersebut akan mulai beroperasi pada April 2024 dengan kapasitas produksi fase pertama sebesar 10 GwH dengan menghasilkan lebih dari 150.000 unit baterai listrik untuk kendaraan. Sejauh ini pembangunan pabrik sudah mencapai 80% fasa konstruksi.

“Untuk proyeksi pendanaan 5% itu, tinggal hitung saja dengan jumlah nilai investasinya,” ujar Toto.

Sebelumnya, PT Mineral Industri Indonesia atau MIND ID menyampaikan bahwa fase dua ekspansi pabrik baterai listrik Kerawang akan berjalan pada 2030 dengan kapasitas tambahan 15 GwH sampai 20 GwH. Secara total, pabrik tersebut berpotensi sangguh menghasilkan memproduksi baterai sebesar 30 GwH.

Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID, Dilo Seno Widagdo mengatakan besaran daya listrik tersebut melebihi kebutuhan seterum nasional yang berada di angka 25 GwH.

“Bayangkan pabrik ini mau bikin baterai yang kapasitas penyimpanannya melebihi listrik se-Indonesia,” kata Dilo di Gedung Nusantara I DPR Jakarta pada Selasa (12/4).

MIND ID turut masuk ke dalam bisnis produksi baterai listrik dan kendaraan listrik melalui Indonesia Battery Corporation atau IBC. IBC merupakan holding pabrik baterai listrik Indonesia yang terdiri dari MIND ID melalui PT Antam dan Inalum, Pertamina, serta PLN. MIND ID memegang 25% saham IBC.

Selain memproduksi baterai untuk kendaraan listrik, pabrik tersebut juga akan membuat baterai khusus untuk energi penyimpanan atau battery energy storage system (BESS) sebagai infrastruktur pendukung transisi energi di Indonesia. Satu diantaranya menjadi fasilitas untuk mengurangi intermiten pada pembangkit listrik energi terbarukan.

“Kita harus punya diversifikasi kegiatan usaha, bukan hanya untuk kendaraan motor listrik roda dua dan roda empat, tapi juga ada BESS, jadi genset,” ujar Dilo.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu