Ekspor Tekstil Terus Merosot, Ribuan Buruh Terancam PHK Tahun Ini

ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.
Pekerja menyelesaikan produksi kain di PT Trisula Textile Industries di Cimahi, Jawa Barat, Rabu (1/3/2023). Bank Indonesia Jawa Barat memprediksi akan terjadi gejolak pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) menyusul kondisi geopolitik global dan kenaikan upah serta perlambatan ekonomi akibat inflasi tinggi di negara tujuan ekspor.
22/6/2023, 16.11 WIB

Ekspor industri tekstil terus merosot di tengah pemulihan ekonomi imbas pandemi Covid-19. Penurunan ekspor tersebut menyebabkan ribuan pekerja tekstil terdampak pemutusan hubungan kerja.

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertekstilan Indonesia atau API, Danang Girindrawardana, mengatakan ekspor tekstil saat ini sudah berkurang hingga mendekati 50%. Pengurangan permintaan tersebut menyebabkan utilisasi mesin-mesin industri tekstil berkurang sampai 40%.

Danang memprediksi, akan terjadi pengurangan jam kerja yang cukup tinggi pada Semester II 2023. Saat ini, sebanyak lima perusahaan tekstil dan produk tekstil sedang mempertimbangkan untuk melakukan rasionalisasi pada 12.000 karyawan.

"Jadi dari situasinya memang cukup tidak bagus, tidak baik baik saja dan kita berharap pemerintah benar benar melahirkan solusi yang lebih berpihak lagi kepada industri padat karya," ujarnya.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pemerintah sedang menyiapkan insentif khusus untuk industri tekstil. Insentif itu misalnya pengurangan biaya pajak dan energi, biaya masuk ditanggung pemerintah, serta biaya bahan baku. 

Selain itu, Kementerian Perindustrian atau Kemenperin juga akan membedah seluruh sub sektor yang mengalami perlambatan seperti industri alas kaki serta TPT, "Jadi seluruh sektor yang terdampak, yang penyerapan tenaga kerjanya besar. Salah satunya ya tekstil," ujar Agus.

Ekspor Terus Merosot

Pelemahan ekspor sudah terjadi sejak 2022. Menurut data Badan Pusat Statistik, industri tekstil Indonesia hanya ekspor sebanyak 1,5 juta ton sepanjang 2022. Volume ekspor itu turun 17% dibanding tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).

Angka tersebut lebih rendah ketimbang volume tahun 2020 ketika awal pandemi melanda, sekaligus menjadi capaian terburuk dalam delapan tahun terakhir.

Kendati volumenya merosot, nilai ekspor industri tekstil nasional hanya turun sekitar 6,5% (yoy) menjadi US$ 4,3 miliar. Perolehan tersebut masih lebih baik ketimbang masa awal pandemi, yang nilai ekspornya sempat jatuh ke titik terendah US$ 3,6 miliar.

Pada awal 2023, kinerja ekspor industri tekstil Indonesia semakin melemah. Industri tersebut mencatatkan ekspor seberat 380,4 ribu ton pada kuartal I 2023. Volume tersebut turun 14,98% dibanding kuartal I 2022.

Dalam periode sama, nilai ekspornya juga turun 25,44% menjadi US$ 934,6 juta.

Reporter: Nadya Zahira