Pemerintah menargetkan Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau KCJB dapat beroperasi pada 18 Agustus 2023. Menanggapi target itu, Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Djoko Setijowarno mengingatkan ihwal aspek keselamatan yang harus diprioritaskan.
Ia mengatakan otoritas KCJB harus mengutamakan aspek keselamatan sebelum mengoperasikan armada kereta cepat tersebut. Salah satu upaya yang harus dilakukan, menurut dia, adalah edukasi kepada masyarakat untuk memitigasi risiko jika terjadi bencana yang tak diinginkan.
Djoko menekankan pentingnya mitigasi bencana dalam pengoperasian kereta cepat kelak. "Kita tidak menginginkan musibahm tetapi pernah ada peristiwa tabrakan kereta cepat di Cina yang luar biasa. Seharusnya kita dapat belajar dari peristiwa tersebut," Kata Djoko saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa (27/6).
Bentuk edukasi terkait mitigasi tersebut beragam. Di antaranya melalui video yang disiarkan di setiap stasiun pemberhentian Kereta Cepat Jakarta-Bandung dan saluran media sosial yang dimiliki KCJB.
Adapun kecelakaan kereta cepat Cina yang dimaksud oleh Djoko terjadi pada Juli 2011 di Cina Selatan. Dalam kecelakaan tersebut terdapat 32 orang tewas, dan ratusan lainnya cedera.
Mengutip dari BBC News, kereta cepat pengangkut penumpang itu jatuh dari jembatan setelah anjlok dari relnya di dekat Wenzhou, Provinsi Zhejiang. Kereta cepat tersebut berhenti mendadak karena tersambar petir lalu tertabrak kereta lainnya.
Promosi Sistem Keamanan Berlapis
Mengutip situs kcic.co.id, pengerjaan proyek KCJB diklaim memiliki sistem keamanan berlapis. Armada yang dibangun disebut-sebut disesain mampu beroperasi di negara yang memiliki empat iklim, yang dilengkapi dengan dua Lightning Arrester di setiap rangkaiannya.
Alat itu berfungsi untuk meningkatkan meminimalisir risiko dan meningkatkan keamanan terhadap sambaran petir. Selain itu, terdapat dua emergency brake yang dibangun dengan teknologi termutakhir.
Emergency brake pertama didesain berfungsi di ruang kontrol kemudi, sedangkan emergency brake kedua akan aktif ketika fungsi Automatic Train Protection (ATP) dijalankan. Kedua sistem tersebut memiliki tingkat keamanan yang tinggi terhadap kesalahan sistem maupun manusia (human error).
Untuk meningkatkan keandalan masinis KCJB, PT KCIC menyediakan simulator di Depo Tegalluar. Simulator tersebut dibekali interior, fungsi, dan fitur yang sama persis dengan Electric Multiple Unit (EMU) tipe KCIC400AF.
Dengan kehadiran simulator tersebut, para masinis dapat meningkatkan keahliannya melalui latihan secara berkala sehingga dapat meminimalisir risiko bencana. Simulator EMU tersebut dirancang sebagai simulasi berbagai kinerja dinamis, kondisi operasi, karakteristik trasi (pengereman), dan karakteristik penanganan.
Selain itu, sistem persinyalan GSM-R yang digunakan diklaim memenuhi standar International Union of Railways (UIC) atau Uni Kereta Api Internasional yang banyak digunakan negara-negara Eropa, Cina, dan Arab Saudi. Teknologi persinyalan itu dianggap lebih stabil, termasuk dari segi keamanan.
KCJB Diperpanjang Hingga Surabaya
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pemerintah akan melaksanakan studi untuk perpanjangan jalur Kereta Api Cepat dari Bandung hingga ke Surabaya.
Ia optimistis pemerintah dapat lebih berhemat dalam pembangunan proyek itu karena sudah memiliki pengalaman. Selain itu, Indonesia memiliki banyak material yang digunakan dari dalam negeri melalui hilirisasi sehingga dapat menghasilkan terobosan-terobosan baru.
Luhut mengatakan, proyek KCJB sudah hampir rampung Juni 2023 ini. Meski begitu, pekerjaan yang dilakukan belum sepenuhnya usai karena masih ada beberapa hal yang perlu diselesaikan.
"Jadi saya titip ke teman-teman sekalian, dari Tiongkok dan Indonesia untuk menyelesaikan tuntas pekerjaan ini. Supaya bisa baik nanti tanggal 18 Agustus, mudah-mudahan saat itu atau setelah itu Presiden Jokowi meresmikannya," kata dia.
Sebagai informasi, KCJB akan melaju pada kecepatan 350 km per jam. Dari hasil uji coba pada kecepatan tersebut, waktu tempuh dari Stasiun Halim ke Padalarang adalah 32 menit dan dari Stasiun Tegalluar kembali menuju halim 44 menit.
Kereta Cepat Jakarta-Bandung nantinya akan memiliki empat stasiun pemberhentian, yaitu Stasiun Halim, Karawang, Padalarang, dan Tegalluar, dengan total panjang lintasan 142,3 km. Total panjang lintasan tersebut tergolong "pendek" bila dibandingkan dengan jalur kereta cepat yang ada di negara-negara maju.