Induk usaha BUMN Pangan, PT Rajawali Nusantara Indonesia atau ID Food mengusulkan agar pemerintah menaikkan Harga Acuan Pembelian gula mendekati Rp 16.000 per kilogram. Ini seiring dengan meningkatnya harga gula di dalam negeri maupun pasar global.
Badan Pangan Nasional telah menaikkan HAP gula di tingkat petani menjadi Rp 12.500 per kg dan di tingkat konsumen menjadi Rp 14.500 per kg. HAP di tingkat petani sebelumnya adalah Rp 11.500 per kg, sedangkan di tingkat konsumen senilai Rp 13.500 per kg.
Direktur Utama ID Food Frans Marganda Tambunan menyampaikan, usulan perubahan HAP tersebut menanggapi kondisi harga gula di dalam negeri dan pasar global. Selain itu, perubahan HAP diperlukan untuk merealisasikan impor gula konsumsi pada akhir tahun ini.
"Kami masih menunggu harga offering resmi gula impor. Pemerintah sepakat kalau ada penyesuaian, tugas kami tidak mengambil untuk terlalu besar," kata Frans usai peluncuran Gerakan Pangan Murah, Senin (16/10).
Badan Pangan Nasional mendata rata-rata nasional harga gula konsumsi telah mencapai Rp 15.540 per kilogram (kg) hari ini, Senin (16/10). Harga gula telah naik Rp 100 per kg selama sepekan terakhir.
Harga gula tertinggi ditemukan di Papua senilai Rp 19.840 per kg, sedangkan harga terendah ada di Jawa Timur atau Rp 14.520 per kg. Dengan demikian, harga gula di penjuru negeri telah lebih tinggi dari HAP gula saat ini senilai Rp 14.500 per kg.
Kenaikan harga gula domestik tak terlepas dari kenaikan harga gula internasional yang mencapai 28,57% sepanjang tahun ini menjadi US$ 0,54 per kg berdasarkan data Index Mundi. Sementara rata-rata nilai tukar rupiah, yang juga berpengaruh pada harga gula domestik, naik 9 poin sepanjang tahun ini mencapai Rp 15.601 per dolar AS.
Frans menargetkan, impor gula konsumsi sebanyak 125.000 ton akan mulai masuk ke dalam negeri pada Desember 2023. Menurutnya, proses impor tersebut kini masih dalam proses administrasi penerbitan izin di Kementerian perdagangan. Namun, ia memperkirakan prosesnya akan lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya karena sudah mulai diproses pada Desember-Januari.
Mantan Direktur PT Food Station Tjipinang Jaya ini mengatakan, import gula konsumsi penting untuk menekan potensi kenaikan harga per Januari 2024. Namun Frans menekankan distribusi gula impor tersebut tidak akan dilakukan saat musim panen berlangsung.
Oleh karena itu, Frans akan melihat situasi pasar domestik sebelum merilis gula impor tersebut ke pasar. Pada saat yang sama, Frans mengamati data BPS terkait harga gula di dalam negeri yang telah tumbuh lebih besar dari harga beras.
"Kontribusi paling banyak dalam kenaikan harga per September 2023 itu gula di hampir 300 kabupaten/koga. Artinya, itu sinyal-sinyal pada akhir tahun harga gula semakin mahal," ujarnya.
Plt Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi mencatar, realisasi impor gula hingga kini baru mencapai 26% dari kuota impor gula tahun ini sejumlah 991.000 ton. Ia meminta para importir untuk tidak merealisasikan izin impornya hanya dari kacamata untung-rugi.
Arief meyakinkan para importir bahwa pemenuhan izin impor gula dalam waktu dekat tidak akan membuat para importir rugi. Ia berkomitmen akan mengkaji ulang Harga Acuan Pembelian atau HAP gula di tingkat konsumen.
"Enggak usah khawatir akan rugi. Jadi, tolong dipenuhi stoknya, kami akan duduk sama-sama," katanya.