Harga beras premium masih tinggi, mendekati rata-rata Rp 15.000 per kg secara nasional. Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso akan mengupayakan harga beras premium turun dengan menggelontorkan cadangan Bulog ke penggilingan padi.
Buwas mengatakan beras yang dikirimkan ke penggilingan padi adalah beras impor dari Cadangan Beras Pemerintah berkualitas premium. Menurutnya, beras Bulog tersebut akan didistribusikan oleh penggilingan dan dinikmati konsumen senilai Rp 11.000 per kilogram (kg).
"Sekarang beras premium dijual hingga Rp 18.000 per kg, bahkan satu daerah sampai Rp 21.000 per kg. Kalau tidak disikapi dengan operasi pasar dari sudut komersil, ini pasti akan terus naik harganya," kata Buwas di Kantornya, Rabu (18/10).
Badan Pangan Nasional mendata rata-rata nasional harga beras premium telah mencapai Rp 14.950 per kg hari ini, Rabu (18/10). Angka tersebut naik 18,27% dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp 12.640 per Kg.
Harga beras premium tertinggi berdasarkan provinsi ditemukan di Papua yang mencapai Rp 18.290 per kg, sedangkan berdasarkan kabupaten berada di Puncak, Papua mencapai Rp 35 ribu per kg.
Harga Eceran Tertinggi atau HET beras premium berbeda berdasarkan Zona. Zona 1 terdiri dari bagian selatan Indonesia dari Sumatra Selatan hingga NTB dengan HET beras premium senilai Rp 13.900 per kilogram (kg). Sementara itu, Zona 2 adalah seluruh Pulau Sumatra kecuali Sumatra Selatan dan Lampung, Pulau Kalimantan dan NTT dengan HET beras premium Rp 14.400 per kg. Zona 3 terdiri dari, Maluku dan Papua dengan HET beras premium Rp 14.800 per kg.
Buwas mengatakan, pembentukan harga beras premium dilakukan oleh pengusaha beras. Pemerintah memutuskan untuk bekerja sama dengan penggilingan padi demi bersaing dengan pengusaha beras untuk menekan harga beras premium.
"Jadi, kalau penggilingan padi yang mendistribusikan beras Bulog sama pengusaha, ya minggi. Perusahaan beras tetap menjual beras premium sekitar Rp 17.000 per Kg, sedangkan kami akan jual ke konsumen Rp 11.000 per kg," katanya.
Buwas berencana mendistribusikan beras Bulog sebanyak 200 ribu ton ke penggilingan padi. Beras tersebut berasal dari cadangan beras pemerintah yang kini mencapai 1,6 juta ton di gudang Bulog. Bulog akan menjual beras CBP tersebut secara komersial ke penggilingan padi. Hal tersebut penting lantaran CBP hanya boleh disalurkan dengan Harga Pembelian Pemerintah ke pedagang dalam program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan.
"Artinya, kami harus mengganti beras yang dipinjam dari CBP tersebut nanti dari sisi komersial. Kami sedang memastikan regulasinya penggantiannya dengan wujud komersial atau tidak," ujarnya.
Badan Pangan Nasional memaparkan stok bulog saat ini mencapai 1,7 juta ton per 6 Oktober 2023. Namun beras yang benar-benar ada di gudang Bulog adalah 794.558 ton, sedangkan selebihnya masih dalam perjalanan dari luar negeri.
Sebanyak 1,63 juta ton dari stok tersebut merupakan CBP, sedangkan stok komersial Bulog sejumlah 74.600 ton. Mayoritas CBP berasap dari luar negeri atu sekitar 1,5 juta ton, sedangkan pengadan domestik hanya 114.348 ton.