Bukan dari Pabrik, Produsen Sebut Harga Minyak Goreng Naik di Ritel

ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/YU
Pedagang memperlihatkan stok minyak goreng bersubsidi Minyakita di Pasar Induk Rau kota Serang, Banten, Minggu (12/2/2023).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Sorta Tobing
12/12/2023, 16.37 WIB

Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia atau Gimni menyatakan naiknya harga minyak goreng bukan berasal dari pabrikan. Sebab, harga minyak sawit mentah atau CPO di dalam negeri tidak berubah dari Agustus 2023 yang senilai Rp 11.300 per kilogram.

"Kemungkinan besar harga minyak goreng naik saat sampai di ritel. Kalau para pedagang mau menaikkan harga, kami tidak bisa bilang-apa-apa," kata Ketua Umum Gimni Sahat Sinaga kepada Katadata.co.id, Selasa (12/12). Selain di pasar, ia menduga kenaikan harga minyak goreng dapat disebabkan oleh proses distribusi. 

Terkait produksi, tahun ini angkanya akan lebih rendah dari proyeksi awal 2023 yang sebesar 4,8 juta ton. Prediskinya, untuk produksi kenbutuhan pasar tradisional mencapai 3,34 juta ton dan ritel modern 1,34 juta ton.

Sampai dengan Januari hingga Oktober 2023, produksi minyak goreng lebih rendah 12% dari proyeksi. Penurunan produksi terjadi karena rendahnya permintaan. 

Sahat mengatakan telah terjadi perubahan pola makan di masyarakat, khususnya pada kota-kkota besar. Kini, masyarakat cenderung mengonsumsi makanan cepat saji dan roti, dibandingkan makanan yang digoreng. "Karena itu, tidak ada logikanya harga minyak goreng naik di pabrik," ucapnya. 

Badan Pangan Nasional atau Bapanas mendata rata-rata nasional harga minyak goreng curah naik 1,44% selama 42 hari terakhir menjadi Rp 14.730 per liter. Untuk minyak goreng kemasan sederhana naik Rp 50 per liter menjadi Rp 17.390 per liter. 

Halaman:
Reporter: Andi M. Arief