Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan optimistis surplus neraca perdagangan berlanjut sepanjang tahun ini. Badan Pusat Statistik mendata, surplus neraca perdagangan telah berlangsung selama 43 bulan hingga November 2023.
Ia memaparkan, surplus neraca perdagangan pada Januari-November 2023 telah mencapai US$ 33,63 miliar. Angka tersebut turun 33,45% dibandingkan periode yang sama tahun lalu US$ 50,54 miliar.
"Walaupun nilai neraca perdagangan turun, tapi nilainya masih tinggi. Kami optimistis dengan mengembangkan pasar-pasar baru dan nilai tambah, surplus yang sudah 43 bulan ini akan terus berlanjut di 2024," kata Zulhas dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (4/1).
Ia menjelaskan pasar baru yang dimaksud adalah pasar non tradisional. Beberapa pasar nontradisional yang menjadi fokus pemerintah adalah India, Pakistan, Bangladesh, Mesir, Malaysia, dan negara-negara di Asia Tenggara.
Zulhas memproyeksikan, nilai ekspor nonmigas akan tumbuh 2,5% sampai 4,5% pada tahun ini. Nilai ekspor nonmigas pada Januari-November 2023 mencapai US$ 221,96 miliar atau susut 12,46% dibandingkan periode yang sama tahun lalu senilai US$ 253,58 miliar.
Ia mengakui penurunan nilai ekspor tahun ini disebabkan penurunan harga komoditas andalan Indonesia, yakni minyak sawit mentah atau CPO, batu bara, dan nikel. Walau demikian, Zulhas tidak berencana merubah fokus komoditas nasional di pasar ekspor.
Badan Pusat Statistik atau BPS mendata lima pasar utama Indonesia adalah Cina, negara anggota ASEAN, Amerika Serikat, India, dan Uni Eropa. Kontribusi seluruh pasar ekspor tercatat susut pada Januari-November 2023 kecuali ke Cina.
Berdasarkan data BPS, kontribusi ekspor ke Cina pada 11 bulan pertama 2023 naik menjadi 25,49% dari periode yang sama tahun lalu sebesar 22,74%. Adapun tiga negara pemasok barang impor non migas terbesar Indonesia adalah Cina, Jepang dan Thailand. Nilai impor Cina mencapai US$ 56,74 miliar, naik 6,55% secara bulanan. Dengan pangsa pasar negara ini sebesar 35,43%.
"Komoditas utama yang menyumbang impor dari Tiongkok bulan ini adalah peralatan mekanis dan bagiannya. Kemudian sayuran dan perabotan, lampu atau alat penerangan," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini
Impor nonmigas dari Jepang mencapai US$ 1,28 miliar, atau turun 17,92% sengan pangsa pasa sebesar 7,95%. Komoditas utamanya adalah kapal, perahu, struktur terapung, kendaraan dan bagiannya, besi serta baja.
"Dari impor negara tersebut, impor dari negara Tiongkok yang nilainya mengalami peningkatan secara bulanan. Sementara nilai impor dari Jepang dan Thailand mengalami penurunan baik secara bulanan maupun tahunan," ujar Puji.