Beda Efek Pilpres Satu atau Dua Putaran ke Industri Ritel

ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/hp.
Ilustrasi. Performa industri ritel sepanjang 2023 tidak lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yakni hanya tumbuh 3%.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
11/1/2024, 17.29 WIB

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia atau Aprindo memperkirakan pertumbuhan industri ritel pada tahun ini mirip seperti tahun lalu yakni sebesar 3% hingga 3,2%. Kinerja ritel tahun ini juga akan bergantung pada pelaksanaan Pilpres, apakah satu atau dua putaran.

Ketua Umum Aprindo Roy Nicholas Mandey mengatakan, industri ritel belum akan tumbuh lebih dari 3,5% pada tahun ini. Ini karena stabilitas politik akan menjadi tantangan utama bagi industri ritel tahun ini.

"Kalau Pilpres 2024 bisa satu putaran, tentunya ini akan memberikan pelaku usaha ritel harapan untuk tumbuh lebih baik sepanjang 2024," kata Roy kepada Katadata.co.id, Kamis (11/1).

Roy melihat, performa industri ritel sepanjang 2023 tidak lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yakni hanya tumbuh 3%. Pertumbuhan industri ritel pada 2022 mencapai 3,9% secara tahunan.

Performa industri ritel sepanjang 2023 lebih rendah dari proyeksi Aprindo pada akhir tahun lalu sebesar 4,2%. Menurutnya, hal tersebut disebabkan oleh pertumbuhan perekonomian nasional yang melambat pada kuartal ketiga 2023 menjadi 4,94%.

Adapun Roy menilai optimisme pelaku usaha ritel pada awal 2024 cukup tinggi. Hal tersebut terlihat dari berbagai indikator akhir 2023 yang cukup positif, seperti Indeks Kepercayaan Konsumen, Indeks Penjualan Retail, dan Purchasing Manager's Index.

"Optimisme pelaku usaha sudah oke, tapi kami harus melihat realisasi pada kuartal pertama 2024 lebih dulu. Kami berharap tahun ini aman, jadi performa industri ritel bisa lebih baik dari 2023," ujarnya. 

Bank Indonesia sebelumnya juga memperkirakan investasi pada semester pertama 2024 akan cenderung melambat karena Pilpres. Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter (DKEM) BI Erwindo Kolopaking mengatakan, investor biasanya akan merealisasikan investasi secara besar-besaran  satu kuartal menjelang berakhirnya periode pemerintahan. Namun, investasi akan melambat pada dua kuartal mendekati pemilihan presiden hingga setelahnya.

"Menjelang akhir pemerintahan, kami biasanya melihat ada ekspansi yang besar, tetapi di awal kuartal saat dan setelah pemilu akan agak stop karena investor akan melihat program-program presiden dan pada menterinya," ujar Erwindo saat berbincang dengan media di Raja Ampat, Papua Barat, akhir pekan lalu. 

Menurut dia, pilpres yang berlangsung dalam satu dan dua putaran akan mempengaruhi pola investasi. Para investor  biasanya menahan diri, melihat bagaimana program-program pemerintahan yang baru dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Kondisi ini pun akan membuat pola investasi terhadap pertumbuhan ekonomi agak sedikit melambat.

Reporter: Andi M. Arief