Harga Beras Naik, Erick Thohir Sebut karena Kondisi Geopolitik

Katadata/Andi M. Arief
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) dan Direktur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi (kiri) saat mengecek stok dan harga beras di Ramayana CiPlaz Klender, Senin (12/2).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
12/2/2024, 17.14 WIB

Pemerintah membantah kenaikan harga beras semata dipicu oleh aksi partai politik yang memborong bahan pokok tersebut untuk dijadikan alat peraga kampanye. Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan harga bahan pangan di seluruh dunia saat ini tengah naik karena ketegangan geopolitik global.

"Harga beras dan pangan dunia sedang naik karena situasi geopolitik yang sedang terjadi, seperti perang dan penjajahan. Dinamika ini terjadi dan tentu pemerintah mengantisipasi dengan membanjiri pasar lagi," kata Erick di  Ramayana CiPlaz Klender, Senin (12/2).

Erick menyampaikan pemerintah hadir untuk menstabilkan harga dengan menyalurkan bantuan sosial. Pemerintah menyalurkan beras sebanyak 10 kilogram ke 22 juta Keluarga Penerima Manfaat. Program tersebut telah dijalankan sejak September 2023 dan ditargetkan berlanjut hingga Juni 2024.

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan, program bantuan pangan saat ini dikaitkan dengan isu politik akibat Pemilu 2024. Menanggapi hal tersebut, ia mengatakan, penyaluran bantuan pangan tak dilakukan pada 8-14 Februari 2024 atau mendekati Pemilu.

Menurut Arief, penyaluran bantuan pangan beras akan dilanjutkan pada 15 Februari 2024. Ia menekankan bantuan pangan yang diinstruksikan pihaknya tidak terpengaruhi oleh unsur politik.

"Kebetulan Kepala Bapanas ini mantan Direktur Utama ID Food dan mantan Direktur Utama Food Station. Mudah-mudahan terbebas dari politik, karena tuga kami menjaga stabilisasi," ujar Arief.

Ketua Koperasi Pasar Induk Beras Cipinang Zulkifli Rasyid sebelumnya menyebutkan, kenaikan harga beras didorong oleh dua faktor, yakni data pemerintah terkait stok nasional dan pembelian oleh partai politik untuk kampanye.

Menurutnya, kondisi stok beras yang menipis diperburuk dengan masa kampanye menjelang Pemilu 2024. Zulkifli mengatakan partai politik mulai menyerap beras dari berbagai sumber untuk menjadi alat peraga kampanye saat ini.

"Sudah pasti volume pembelian oleh partai politik berton-ton. Kalau beli 10 ton saja baru untuk beberapa ribu calon pemilih. Partai politik pasti punya kebutuhan beras yang besar untuk kebutuhan kampanye," ujarnya.

Ia juga menilai kenaikan harga beras didorong oleh faktor psikologis pedagang. Ini karena pemerintah kerap menyuarakan data defisit produksi beras sejumlah 1,2 juta ton pada bulan ini.

Meski demikian, Zulkifli mengimbau masyarakat untuk tidak panik lantaran pasokan beras d Jakarta masih aman. Menurutnya, pasokan beras ke Pasar Cipinang masih ditopang oleh Bulog.

Stok beras Bulog pada awal tahun mencapai 1,6 juta ton dengan stok riil sejumlah 1,15 juta ton. Sebanyak 500.000 ton beras yang diimpor Bulog telah tiba di dalam negeri pada bulan ini.

Reporter: Andi M. Arief