Badan Pangan Nasional atau Bapanas mendata, mayoritas harga bahan pangan melonjak tajam pada Lebaran 2024. Namun ada dua komoditas yang harganya konsisten tinggi hingga hari ini, Selasa (16/4), yakni bawang putih dan bawang merah.
Berdasarkan data Bapanas, rata-rata nasional harga bawang putih stabil di atas Rp 43.000 per kilogram usai Idul Fitri 2024. Rata-rata nasional harga bawang putih menyentuh Rp 43.800 per kg saat Lebaran 2024 dan ada di posisi Rp 43.220 per kg hari ini, Selasa (16/4).
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan sebelumnya menilai, tingginya harga bawang putih saat ini di pasaran disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat. Mitigasi yang dilakukan pemerintah adalah menerbitkan izin impor untuk bawang putih sejumlah 300.000 ton.
Adapun pemerintah berencana mengimpor 645.025 ton sepanjang tahun ini. Dengan demikian, pemerintah baru menerbitkan 46,5% dari total rencana impor bawang putih 2023.
Bapanas memproyeksikan, ketersediaan bawang putih di dalam negeri sepanjang 2024 mayoritas atau 91,71% bergantung dari impor. Total kebutuhan bawang putih tahun ini diprediksi mencapai 667.958 ton.
Sementara itu, rata-rata nasional harga bawang merah tercatat anjlok Rp 3.210 per kg menjadi Rp 40.570 pada Lebaran 2024 hari pertama. Namun, angka tersebut kini telah naik Rp 6.430 menjadi Rp 47.000 per kg hari ini, Selasa (16/4).
Tren pertumbuhan harga bawang merah terakhir terjadi pada kuartal terakhir 2023. Kenaikan tertinggi terjadi pada sepanjang November 2023 atau senilai Rp 5.500 per kg menjadi sekitar Rp 29.000 per kg pada akhir November 2023.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Bawang Merah Indonesia Ikhwan Arif menjelaskan, tren kenaikan harga bawang merah secara nasional merupakan strategi petani. Dengan kata lain, petani sengaja menahan distribusi hasil produksi ke pasar pada kuartal terakhir 2023.
Strategi ini dilakukan karena masa tanam bawang merah pada akhir November 2023 mengalami kesulitan akibat minimnya ketersediaan air. Namun, ia menekankan, tidak ada masalah pasokan bawang merah di gudang pada petani.
"Kami mengalami kerugian sebetulnya pada musim panen sebelumnya. Harga petani murah pada empat bulan yang lalu," kata Ikhwan.