PT Aviasi Pariwisata Indonesia atau InJourney membukukan laba bersih pada tahun ini mencapai Rp 1,1 triliun, berbalik dibandingkan kondisi tahun lalu yang rugi Rp 993 miliar.
"Di tengah perekonomian yang menghadapi berbagai tantangan, InJourney mampu membalikkan keadaan dengan capaian laba bersih hingga Rp1,101 triliun," kata Direktur Utama InJourney Dony Oskaria dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (26/6).
Doni menjelaskan Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization (Ebitda) atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi tercatat melonjak 73% menjadi Rp8,828 triliun. Hasil kinerja gemilang ini sering pulihnya industri pariwisata dan penerbangan Indonesia dari pandemi COVID-19.
Ia menyampaikan, InJourney mencatatkan keuntungan pendapatan usaha sepanjang tahun 2023 sebanyak Rp 23,347 triliun. Angka ini naik hingga 47% dibandingkan pendapatan usaha pada 2022 yang sebesar Rp 15,85 triliun.
Menurut dia, tingkat kesehatan InJourney pada tahun 2023 ada di kategori AAA atau sangat sehat, serta tercatat rasio keuangan perusahaan ini juga mengalami perbaikan signifikan yang terlihat dari belanja operasional terhadap biaya operasional (Bopo) turun hingga 16%.
"Rasio keuangan InJourney semakin sehat, dan ke depan kami akan terus berupaya untuk membuat InJourney sebagai BUMN yang sehat, efisien, dan profitable, disertai dengan akuntabilitas,” kata dia.
Pihaknya telah meluncurkan dua sub holding di bidang industri aviasi yakni InJourney Airports dan InJourney Aviation Services yang merupakan langkah transformasi di industri penerbangan dan kebandarudaraan.
InJourney Airports akan menangani 172 juta penumpang per tahun dan akan berada di urutan ke-5 perusahaan operator bandara terbesar di dunia, mengalahkan Vinci Airports (Prancis) dan GMR Group (India).