Bulog Masih akan Impor 1,2 Juta Ton Beras, Amankan Stok saat Transisi Pemerintah

ANTARA FOTO/Yudi Manar/foc.
Sejumlah pekerja memikul karung berisi beras di Gudang Bulog, Medan, Sumatera Utara, Rabu (24/7/2024). Perum Bulog Kantor Wilayah Sumatera Utara menambah 10 ribu ton beras impor dari Myanmar untuk menghadapi potensi kemarau di wilayahnya dengan total 45.367,13 ton cadangan beras di gudang Bulog yang ada di Sumatera Utara.
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti
30/8/2024, 16.39 WIB

Perum Bulog masih berencana mengimpor beras 1,2 juta ton untuk memenuhi kuota yang diberikan pemerintah pada tahun ini sebanyak 3,6 juta ton. Langkah tersebut diperlukan untuk menjaga pasokan beras nasional selama masa transisi pemerintahan.

Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan, pengelolaan pangan membutuhkan waktu persiapan yang cukup. Walau demikian, Bayu mengaku masih belum mendapatkan arahan kebijakan pengelolaan pangan untuk tahun depan.

"Jadi, kami masih menunggu bagaimana kebijakan pangan tahun depan. Oleh karena itu, kami akan melaksanakan semaksimal mungkin izin impor beras 2024 yang suhad di tangan," kata Bayu di kantornya, Jumat (30/8).

Bayu mencatat, total volume impor beras yang telah ada di dalam negeri mencapai 2,4 juta ton hingga Juli 2024. Sementara itu, Bulog akan menyelesaikan kontrak impor beras sekitar 300.000 ton dalam waktu dekat

Dengan kata lain, masih ada 900.000 ton kuota beras impor yang belum terkontrak. Oleh karena itu, Bayu menargetkan 1,2 juta ton beras impor dapat tiba di dalam negeri pada September-November 2024.

Seluruh beras yang diimpor Bulog akan dijadikan Cadangan Beras Pemerintah atau CBP. Ia mencatat total stok beras yang dikelola Bulog saat ini sekitar 1,5 juta ton.

Selain impor, Bayu berencana menjaga pasokan CBP dari hasil produksi domestik. Untuk diketahui, pemerintah menetapkan volume CBP harus di atas 1,2 juta ton setiap saat.

"Sampai dengan saat ini serapan beras dari dalam negeri sudah lebih dari 900.000 ton. Kami masih akan melihat prospek pengadaan lokal dalam satu sampai dua bulan ke depan, terutama pada September 2024," katanya.

Menteri Pertanian Amran Sulaiman sebelumnya mengklaim, pemerintah berhasil menjaga volume impor beras nasional tidak naik. Badan Pusat Statistik memproyeksikan rata-rata produksi beras per bulan pada Agustus-Oktober 2024 mencapai lebih dari 2,5 juta ton atau di atas volume konsumsi.  

Kuota volume impor beras sampai saat ini adalah 3,6 juta ton. Amran mengatakan, kebutuhan impor dapat naik menjadi hingga 7 juta ton jika proyeksi produksi Agustus-Oktober 2024 tak sesuai harapan.

"Saya awalnya mengatakan kuota impor harus disiapkan hingga 5 juta ton karena kami melihat di lapangan terlalu banyak masalah, yakni iklim El Nino ekstrem dan kemarau yang terjadi secara bersamaan," kata Amran dalam rapat kerja bersama Komisi IV DPR, Senin (26/8).

Kepala Badan Pangan Nasional Arief Prasetyo Adi mengatakan akan terus mengawasi realisasi produksi beras hingga Oktober 2024. Namun, Arief belum berencana menambah kuota impor beras dari posisi saat ini sejumlah 3,6 juta tahun.

Ia mendata, Perum Bulog saat ini telah merealisasikan kuota beras impor sekitar 2,7 juta ton. Ia menekankan, seluruh beras impor dikelola Bulog dan di luar jenis beras khusus maupun beras pecah.

Mayoritas negara asal beras yang diimpor Bulog adalah Vietnam dan Thailand. "Tidak mudah untuk mencari dan memasukkan beras impor saat ini," kata Arief.


Reporter: Andi M. Arief