Kinerja Manufaktur Masih Suram, Pengusaha Tunggu Kebijakan Ekonomi Prabowo

ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/nz.
Sejumlah pekerja menyelesaikan pembuatan pakaian di salah satu pabrik garmen di Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (15/1/2023).
24/9/2024, 19.36 WIB

Pengusaha memprediksi geliat manufaktur baru terlihat pada kuartal pertama tahun depan. Mereka meramalkan angka Purchasing Manager's Index akan terus di bawah 50,0 hingga akhir tahun ini. 

Hal ini karena sebagian besar pengusaha nasional masih wait and see atau menunggu kebijakan perekonomian pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

PMI menunjukkan kondisi sektor manufaktur sebuah negara dalam kurun waktu tertentu. Sektor manufaktur dinilai ekspansif jika PMI di atas 50,0 dan berkontraksi jika di bawah level 50,0.

"Kami belum melihat PMI akan kembali ke atas 50,0 pada PMI Indonesia September 2024. Sebab, banyak industriwan yang mau melihat kebijakan pemerintahan selanjutnya," kata Chief Executive Officer & President Director PT Bakrie & Brothers Anindya Bakrie di Jakarta, Selasa (24/9).

Oleh karena itu, Anindya meramalkan PMI baru dapat kembali ke atas 50,0 secepatnya pada kuartal pertama tahun depan. Walau demikian, Anindya tidak menutup kemungkinan sektor manufaktur dapat kembali ekspansif dalam waktu dekat.

Untuk diketahui, PMI Indonesia Agustus 2024 turun lebih dalam dari 49,3 pada Juli 2024 menjadi 48,9. Data tersebut bertolak belakang dengan kinerja ekspor nasional yang naik 5,97% secara bulanan pada Agustus 2024.

Badan Pusat Statistik mendata nilai ekspor bulan lalu tumbuh 7,13% secara tahunan menjadi US$ 23,56 miliar. Pada saat yang sama, nilai impor naik 9% secara tahunan menjadi US$ 20,67 miliar.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menilai peningkatan kinerja impor Agustus 2024 dapat mendorong kinerja manufaktur pada bulan ini. Sebab, mayoritas impor didominasi bahan baku penolong yang dibutuhkan industri.

"Kami harap di kuartal terakhir ada akselerasi khususnya untuk proyek konstruksi meningkat," ujar Sri Mulyani, Senin (23/9).

Di sisi lain, meski industri manufaktur lesu pada bulan lalu, kinerja ekspor masih mencatatkan kenaikan pada Agustus. Namun, kenaikan ekspor didorong oleh harga minyak sawit mentah atau crude palm oil/CPO dan tembaga.  

Reporter: Andi M. Arief