Kementerian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berencana meluncurkan platform lokapasar, khusus pelaku UMKM, yakni Sapa UMKM. Menteri UMKM Maman Abdurrahman ingin platform ini menjadi aplikasi super atau super app yang menghubungkan seluruh pelaku UMKM di dalam negeri.
Maman menilai, aplikasi ini penting melihat tren perdagangan dalam 5-10 tahun ke depan yang akan bergeser ke lokapasar. Namun, ia mengakui belum menjadwalkan peluncuran Sapa UMKM lantaran masih dalam tahap perencanaan.
"Tujuan Sapa UMKM adalah mengamankan ekonomi masyarakat kelas bawah yang berpotensi terjerembab dengan pertarungan di media daring," kata Maman di Pasar Umum Negara, Jembrana,Senin (25/11).
Maman berharap super apps Sapa UMKM akan membantu pelaku UMKM tidak tertinggal di era pasar digital. Ia menemukan pelaku UMKM di kota-kota besar mengalami penurunan omzet akibat terlambat beradaptasi dengan pasar digital.
Salah satu pasar yang disoroti Maman terkait penurunan omzet tersebut adalah Pasar Tanah Abang. Menurutnya, kondisi tersebut akan meluas ke pasar-pasar di penjuru negeri dalam waktu lima sampai 10 tahun ke depan.
Ia mengakui pemindahan UMKM ke lokapasar maupun pasar digital adalah tahap selanjutnya dalam perkembangan UMKM nasional. Tahap pertama adalah peningkatan kelas UMKM untuk meningkatkan rasio kewirausahaan.
Namun, ia mengakui digitalisasi pasar adalah keniscayaan yang harus dilakukan pelaku UMKM. "Prinsipnya, cepat atau lambat, kita akan berhadapan dengan digitalisasi," ujarnya.
Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki sebelumnya memperkirakan, target digitalisasi UKM tidak akan tercapai pada tahun ini. Namun, ia berargumen, tantangan terbesar UKM saat ini bukan digitalisasi, tetapi daya saing di pasar domestik.
Teten menilai pelaku UMKM telah memahami bahwa konsumen nasional lebih memilih bertransaksi secara daring. Oleh karena itu, tantangan terbesar pelaku UMKM saat ini bukan masuk ke ekosistem digital, tetapi minimnya daya saing dengan produk asing di lokapasar lokal.
"Kalau arus produk asing ke dalam negeri masih leluasa seperti sekarang, UMKM pasti kalah bersaing karena produk kita pasti lebih mahal dari produk asing mengingat 90% bahan baku produk lokal masih bergantung pada impor," kata Teten di Gedung Smesco Indonesia, Rabu (24/7).
Teten mengatakan, UMKM saat ini sudah siap untuk masuk ke ekosistem digital. Namun, UMKM kalah bersaing dengan produk asing yang dengan harga yang lebih murah di lokapasar.
Di samping itu, Teten menemukan UMKM yang telah berjualan di lokapasar tidak bertahan lama lantaran kapasitas produksi yang minim. Sebagian UMKM lebih memilih berjualan secara konvensional dibanding melalui lokapasar.
Maka dari itu, Teten mengatakan target digitalisasi 30 juta UMKM tidak mungkin dicapai pada tahun ini. "Saat ini evaluasi kami bukan jumlah UMKM yang masuk ekosistem digital tapi seberapa kompetitif produk UMKM di ekosistem digital," katanya.