Banyak Lulusan SMA-Perguruan Tinggi Tak Siap Kerja, Menaker Siapkan Program Baru

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/Spt.
Menteri Ketenagakerjaan Yassierli bersiap mengikuti rapat kerja dengan Komisi IX DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (4/2/2025).
Penulis: Andi M. Arief
Editor: Sorta Tobing
5/5/2025, 15.46 WIB

Menteri Ketenagakerjaan Yassierli menemukan banyak lulusan sekolah menengah atas, sekolah menengah kejuruan, dan perguruan tinggi belum siap masuk dunia kerja.  Karena itu, ia akan menyiapkan program bernama School-to-Work Transition (SWT) dalam waktu dekat.

Program itu akan berlangsung selama empat bulan. Tiga minggu pertama menjadi masa penilaian psikologi dan teori, serta latihan dasar di Balai Latihan Ketenagakerjaan. Sisanya akan menjadi masa magang bagi para peserta di mitra industri. 

Yassierli mengatakan magang dalam program ini bukan untuk sebagai tenaga kerja murah tapi dalam konteks pembelajaran berdasarkan proyek. "Jadi, peserta akan datang ke perusahaan untuk mempraktikkan pelatihan yang diterima," kata Menaker dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Jakarta, Senin (5/5).

Topik pelatihan yang diterima peserta SWT akan disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja. Contohnya, pelatihan penggunaan kecerdasan buatan (AI) dan internet untuk segala (IoT).

Kementerian Ketenagakerjaan akan mengawasi ketat masa pemagangan di mitra industri. Para peserta dilarang mengerjakan tugas yang tidak sesuai dengan materi selama pelatihan dasar.

Harapannya, sesudah masa pemagangan peserta bisa langsung direkrut perusahaan. "Jadi, kami membatasi waktu magang tiga bulan. Kami akan kawal dalam konteks regulasi waktu kerja dan peserta tidak boleh bekerja di luar project based selama magang," kata Yassierli.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.

Reporter: Andi M. Arief