Indonesia Gandeng India dan Mitra Asia Perkuat Rantai Pasok Minyak Sawit

GAPKI
Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Eddy Martono, Presiden Asosiasi Pengekstrak Pelarut India (SEA), Shri Sanjeev Asthana & Direktur Eksekutif, SEA dan Sekretaris Jenderal APOA Dr. B. V. Mehta menunjukan Nota Kesepahaman (MoU) tiga pihak untuk memperdalam kerja sama dalam perdagangan, keberlanjutan, inovasi, dan pengembangan pasar industri sawit.
Penulis: Ira Guslina Sufa
29/9/2025, 08.45 WIB

Indonesia bersama India dan Aliansi Minyak Sawit Asia (APOA) menandatangani nota kesepahaman (MoU) tiga pihak untuk memperkuat kerja sama di sektor minyak sawit. Kesepakatan diumumkan dalam konferensi SEA AGM & GlobOil India di Mumbai, Rabu (24/9).

MoU tersebut ditandatangani oleh Asosiasi Pengekstrak Pelarut India (SEA), APOA, dan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI). Kerja sama akan mencakup perdagangan, penguatan keterlibatan petani, promosi keberlanjutan, hingga advokasi kebijakan di sektor minyak sawit Asia.

Saat ini India merupakan salah satu pasar terbesar bagi minyak sawit Indonesia. Lebih dari 60% kebutuhan minyak nabati India dipenuhi melalui impor, dengan Indonesia sebagai pemasok utama selama lebih dari satu dekade.

Badan statistik India mencatat, impor minyak sawit pada Agustus 2025 melonjak hampir 16% menjadi 990.528 ton, tertinggi dalam lebih dari setahun. Kondisi ini menegaskan pentingnya pasokan minyak sawit Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan India.

Nota kesepahaman antara SEA, APOA, dan GAPKI ditandatangani dengan tujuan memperkuat hubungan ekonomi dan mendukung pertumbuhan yang bertanggung jawab. Para pihak juga ingin memastikan rantai pasok minyak sawit yang lebih stabil di seluruh wilayah. 

"SEA menyambut kemitraan ini dengan GAPKI dan APOA sebagai langkah penting dalam memperdalam hubungan India dengan Indonesia dan mitra Asia lainnya," kata Presiden, SEA, Shri Sanjeev Asthana seperti dikutip Senin (29/9). 

Lebih jauh Sanjeev mengatakan nota Kesepahaman ini akan memperkuat akses India terhadap minyak sawit berkualitas tinggi dengan harga terjangkau. Kesepakatan juga memungkinkan pemangku kepentingan India untuk mendapatkan manfaat dari keahlian Indonesia dalam produksi minyak sawit berkelanjutan. 

“Kesepakatan ini juga akan menciptakan peluang untuk perdagangan dan kerja sama teknis yang membawa stabilitas lebih besar bagi sektor minyak nabati di India," lanjutnya.

Sementara itu Ketua APOA, Atul Chaturvedi mengatakan nota Kesepahaman ini menjadi tonggak sejarah bagi negara-negara konsumen minyak kelapa sawit di seluruh Asia. Ia mengatakan lewat kerja sama dengan GAPKI dan SEA, APOA akan membantu memastikan pasokan yang aman, kerja sama regional yang lebih kuat, dan kesadaran konsumen yang lebih luas.  

“Fokus kami adalah untuk mewakili suara konsumen di Asia dan di waktu yang sama memajukan keberlanjutan dan pertumbuhan inklusif dalam perdagangan minyak sawit," lanjutnya.

Kolaborasi Sawit Berkelanjutan 

Direktur Eksekutif, SEA dan Sekretaris Jenderal APOA, B. V. Mehta, mengatakan bahwa nota kesepahaman ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam mendorong kolaborasi di antara pemangku kepentingan utama minyak kelapa sawit di Asia.  Hal ini tidak hanya memperkuat keamanan minyak nabati India, tetapi juga menggarisbawahi komitmen bersama terhadap keberlanjutan, transparansi, dan inovasi dalam rantai nilai minyak sawit.  

“Dengan menyelaraskan upaya melalui SEA, GAPKI, dan APOA, kita dapat menciptakan platform yang kuat untuk berbagi pengetahuan, dialog kebijakan, dan pengembangan pasar yang akan bermanfaat bagi produsen, konsumen, dan seluruh kawasan," ujar Dr. B.V. Mehta.

Perjanjian tiga tahunan ini menciptakan kerangka kerja yang kuat untuk kolaborasi antara SEA, APOA, dan GAPKI, dengan fokus pada:

  1. Memfasilitasi interaksi pemangku kepentingan. Delegasi dan pertukaran rutin antara Indonesia dan negara-negara anggota APOA.
  2. Meningkatkan perdagangan melalui berbagai platform. Konferensi bersama, pameran dagang, dan webinar untuk memperkuat keterlibatan industri.
  3. Mempromosikan pertukaran informasi dan standar teknis. Berbagi penelitian, praktik terbaik, dan keahlian untuk meningkatkan standar industri.
  4. Meningkatkan keberlanjutan melalui proyek bersama. Inisiatif kolaboratif yang selaras dengan kerangka kerja Indian Palm Oil Sustainability (IPOS) dan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).
  5. Meningkatkan kesadaran konsumen. Mengatasi kesalahpahaman dan menyoroti peran minyak sawit dalam ketahanan pangan dan konsumsi yang bertanggung jawab.
  6. Advokasi kebijakan. Bekerja sama dengan pemerintah dan regulator untuk mengurangi hambatan perdagangan dan menyelesaikan tantangan regulasi.

Pada konferensi tersebut, GAPKI menekankan bahwa minyak kelapa sawit sangat penting bagi perekonomian Indonesia. Pengolahan produk sawit dan turunannya telah melalui sertifikasi ISPO, upaya konservasi hutan, dan produksi yang bertanggung jawab. 

Ketua GAPKI, Eddy Martono menyatakan lewat kerja sama ini seluruh pengusaha sawit yang tergabung dalam GAPKI mendukung keamanan pangan dan tujuan iklim India. Ia mengakui meskipun tantangan seperti kepatuhan petani kecil masih ada, namun kemitraan ini akan mendorong inovasi dan kebijakan inklusif untuk rantai pasok yang tangguh. 

“India merupakan salah satu pasar utama ekspor minyak sawit Indonesia dan tetap menjadi salah satu mitra terpenting kami,” ujar Eddy.

Menurut Eddy, sebagai salah satu produsen minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia siap bekerja sama dengan India, SEA, dan APOA untuk memenuhi permintaan konsumen sambil mempromosikan praktik yang bertanggung jawab dan berkelanjutan. Nota kesepahaman ini juga akan membantu meningkatkan kesadaran publik tentang kontribusi positif industri ini di seluruh rantai nilai, mulai dari produksi hulu hingga industri hilir. 

Berdasarkan nota kesepahaman, GAPKI akan mendukung industri minyak sawit India dengan pengetahuan teknis dan fasilitasi perdagangan. GAPKI juga akan mempromosikan manfaat ekonomi dan gizi minyak sawit Indonesia di India. Sementara SEA dan APOA akan mempromosikan peluang perdagangan di India, dan memfasilitasi jaringan kerja untuk anggota GAPKI. 

Nota kesepakatan ini berlaku selama tiga tahun. Untuk memastikan pelaksanaannya, Kelompok Kerja Bersama akan mengimplementasikan dan memantau bidang-bidang kerja sama. Kelompok kerja ini akan menyusun rencana kerja tahunan, menetapkan KPI, dan menerbitkan laporan kemajuan bersama setiap tahun.

Baca artikel ini lewat aplikasi mobile.

Dapatkan pengalaman membaca lebih nyaman dan nikmati fitur menarik lainnya lewat aplikasi mobile Katadata.