Korban tewas akibat wabah virus corona bertambah menjadi 81 orang pada Senin (27/1). Pemerintah Tiongkok memutuskan untuk memperpanjang hari libur Tahun Baru Imlek hingga 2 Februari.
Sebagian besar perusahaan juga memilih tutup dan meminta karyawannya bekerja dari rumah guna membatasi penyebaran virus.
Dikutip dari Reuters, Perdana Menteri China Li Keqiang mengunjungi pusat kota Wuhan, pusat penyebaran virus, memberikan sinyak bahwa pemerintah serius merespons wabah tersebut.
Bursa saham Asia rontok pada perdagangan hari ini. Indeks Nikkei anjlok 2%, penurunan terbesar dalam lima bulan terakhir akibat kecemasan investor. Di sisi lain, permintaan aset safe haven seperti yen Jepang dan surat berharga meningkat.
(Baca: Virus Corona Infeksi 27 Ribu Orang, Berikut Dampak ke Ekonomi Tiongkok)
Pemerintah Tiongkok mengkonfirmasi terdapat sebanyak 2.744 kasus infeksi virus corona. Setengahnya berada di Provinsi Hubei dengan ibu kota Wuhan.
Ketika kekhawatiran meningkat di seluruh dunia, Hong Kong yang dikuasai Tiongkok dan memiliki delapan kasus yang dikonfirmasi, melarang masuknya orang yang mengunjungi Hubei dalam 14 hari terakhir. Namun, larangan itu tidak mencakup penduduk Hong Kong.
Pusat perjudian terdekat Makau, yang memiliki setidaknya satu kasus virus mirip flu, memberlakukan larangan serupa terhadap mereka yang datang dari Hubei, kecuali mereka dapat membuktikan bebas virus.
(Baca: Cegah Virus Corona Masuk, Menhub Minta Perketat Bandara dan Pelabuhan)
Kota Haikou di pulau Hainan di Tiongkok bagian selatan mengatakan, turis dari Hubei akan dikarantina selama 14 hari.
"Orang-orang Hubei didiskriminasi," seorang warga Wuhan mengeluh pada platform media sosial Weibo.
Jumlah kematian akibat virus di Hubei naik menjadi 76 orang dari sebelumnya 56 orang. Sementara lima kematian berada di daerah lain.
Sementara sejumlah kecil kasus telah dikonfirmasi terjadi di lebih dari 10 negara, terkait dengan orang yang bepergian dari Wuhan. Namun, tidak ada kematian yang dilaporkan di tempat lain.
Li adalah pemimpin paling senior yang mengunjungi Wuhan sejak wabah dimulai. Dengan mengenakan jas dan topeng pelindung biru, ia memeriksa upaya untuk mengatasi epidemi dan berbicara dengan pasien dan staf medis, kata pemerintah.