Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan memberikan sejuumlah pembelaan terhadap komoditas kelapa sawit Indonesia dalam World Economic Forum (WEF) di Davos, Swiss. Penyebabnya, isu tentang kelapa sawit terus mendapat sorotan dunia karena dinilai tidak ramah lingkungan.
Luhut menyatakan penanganan kelapa sawit di Indonesia menyangkut 17,5 juta petani di Indonesia. "Kami tidak usah diajarkan, kalau petani menderita itu juga jadi masalah buat kami karena SDGs (Sustainable Development Goals) nomor satu itu tentang kemiskinan," kata dia di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (29/1).
(Baca: Gapki: Volume Ekspor Sawit 32,02 Juta Ton Sepanjang 2018)
Dia mengungkapkan, pemerintah telah membuat kebijakan moratorium untuk perluasan lahan kelapa sawit. Sehingga, dia meminta supaya negara lain tidak mendikte kebijakan tentang kelapa sawit. Namun, Indonesia pasti akan mendengarkan masukan jika itu bersifat membangun.
Menurutnya, Indonesia adalah negara yang kuat dengan populasi 260 juta penduduk serta Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) yang mencapai US$ 1.016 triliun. Oleh karena itu, dia meminta supaya negara lain tidak menuding Indonesia melanggar keberlangsungan lingkungan, termasuk dalam menyelesaikan isu deforestasi.
Luhut mengungkapkan, pernyataan itu memperkuat posisi Indonesia di kalangan dunia. Bahkan, Mantan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Al Gore yang juga aktivis lingkungan turut mendukung langkah Indonesia. "Kami juga membuat kebijakan yang memikirkan generasi berikutnya," ujarnya.
(Baca: Pengusaha Khawatirkan Kampanye Hitam Sawit Ganggu Harga Jual Petani)
Dia menuturkan, pernyataan itu juga memicu lembaga-lembaga besar di dunia turut bereaksi dengan menggelar pertemuan untuk pembahasan tentang kemajuan ekonomi Indonesia tentang kelapa sawit, masalah plastik, isu lingkungan, serta blended finance pada 12 Maret mendatang.
Bank Dunia, World Economic Forum, International Chambers of Commerce, United Nations Emergency Force (UNEF), dan lembaga internasional lain juga dijadwalkan hadir dalam pertemuan tersebut. Luhut menyebut lembaga internasional mengapresiasi Indonesia karena membuat kemajuan yang signifikan.