Berbagai Negara Mulai Longgarkan Lockdown dan Pembatasan Sosial
Berbagai negara termasuk yang mencatatkan jumlah kasus corona terbesar di dunia mulai melonggarkan kebijakan penutupan wilayah alias lockdown ataupun pembatasan sosial. Beberapa negara melakukan pelonggaran seiring penurunan angka pasien baru. Sedangkan beberapa lainnya dengan pertimbangan ekonomi, meski jumlah pasien baru masih dalam tren kenaikan.
Amerika Serikat yang menjadi negara dengan jumlah kasus corona terbanyak di dunia -- lebih dari 1,1 juta kasus -- tengah mempersiapkan pelonggaran kebijakan. Begitu juga Inggris, dan Rusia yang mencatatkan lebih dari 100 ribu kasus. Meskipun, di ketiga negara tersebut, jumlah penambahan kasus baru masih tinggi.
Berdasarkan data John Hopkins per 3 Mei, terjadi penambahan 25 ribuan kasus baru di Amerika, sedangkan Inggris 4 ribuan kasus baru, dan Rusia lebih dari 10 ribu kasus baru.
(Baca: Tiga Juta Pasien Corona di Dunia, Beberapa Negara Ini Masih Nol Kasus)
Di sisi lain, Prancis yang mencatatkan lebih dari 100 ribu kasus corona telah mengumumkan rencana pelonggaran lockdown. Ini seiring Jumlah kasus baru yang mulai turun ke bawah 1.000 kasus per hari. Presiden Prancis Emmanuel Macron menyatakan sekolah dan toko akan buka kembali secara bertahap mulai 11 Mei. Namun, restoran, hotel, cafe, dan bioskop akan tetap tutup dalam waktu yang lebih lama.
Dalam Konferensi Pers pada awal Mei, Organisasi Kesehatan Internasional alias WHO menyatakan pihaknya memahami pemerintah kesulitan untuk mempertahankan lockdown. Namun, negara-negara harus mencabut lockdown secara bertahap dan siap untuk kembali memberlakukan larangan-larangan jika kasus corona kembali melonjak.
(Baca: Pelonggaran Lockdown Dunia Dinilai Tak Signifikan Dongkrak Ekspor RI)
Pakar Kedaruratan WHO Mike Ryan mengingatkan agar masyarakat tetap mematuhi aturan jarak fisik dan kebersihan. Pengetesan terhadap terduga corona juga harus terus dilanjutkan. “Kita ingin menghindari situasi di mana pelonggaran dilakukan dengan mudah sehingga kita kembali pada masa penyebaran yang intens dan harus mengendalikannya lagi dari awal,” kata dia seperti dikutip Channel News Asia.
Berikut beberapa negara yang dilaporkan telah melakukan pelonggaran kebijakan lockdown ataupun pembatasan sosial:
Eropa
Spanyol, negara dengan kasus corona terbanyak kedua di dunia, di bawah Amerika Serikat, mulai mengizinkan operasional sektor konstruksi, manufaktur, dan beberapa jasa pada 13 April, tapi karantina yang berlaku di seluruh negeri kemungkinan akan berlangsung hingga Mei.
Berdasarkan data John Hopkins, negeri samba telah melaporkan lebih dari 217 ribu kasus per 3 Mei. Dari angka tersebut, jumlah kasus kematian melebihi 25 ribu, sedangkan kasus sembuh nyaris 119 ribu. Penambahan kasus terbanyak terjadi pada 25 Maret lalu, yakni 9.600 kasus per hari. Saat ini, penambahan kasus kurang dari 1.000 kasus per hari.
Italia, negara dengan kasus corona terbanyak ketiga di dunia, dengan jumlah kematian tertinggi, tetap memberlakukan lockdown di banyak wilayah. Namun, pemerintahnya mengizinkan operasional untuk dua kategori toko yaitu alat tulis dan pakaian anak mulai 14 April.
Berdasarkan data John Hopkins, negara pimpinan Presiden Sergio Mattarella tersebut melaporkan lebih dari 210 ribu kasus per 3 Mei. Dari jumlah kasus yang dilaporkan, hampir 29 ribu di antaranya merupakan kasus kematian, sedangkan sebanyak 81 ribu kasus sembuh. Tingginya angka kematian seiring banyaknya jumlah penduduk lanjut usia.
Penambahan kasus baru tengah dalam tren turun di negara markas Juventus dan AC Milan tersebut tengah dalam tren turun. Sejauh ini, penambahan kasus baru terbanyak terjadi pada 21 Maret yakni 6.600 kasus dalam sehari, sedangkan saat ini di bawah 2 ribu kasus per hari.
Jerman, negara ekonomi terbesar di Eropa mengizinkan toko-toko dengan luas 800 meter persegi, dealer mobil dan toko sepeda buka kembali mulai 20 April, sedangkan sekolah buka kembali mulai 4 Mei. Negara tersebut juga telah melaporkan lebih dari 150 ribu kasus corona, namun dengan jumlah kematian yang lebih sedikit yakni 6.000 kasus, dan 130 ribu kasus sembuh. Penambahan kasus baru juga telah turun ke bawah 1.000 kasus per hari.
Dikutip dari situs World Economic Forum, beberapa negara Eropa yang juga mulai mengendorkan lockdown seperti Austria, Denmark, dan Polandia. Austria mengizinkan toko-toko non-prioritas dengan luas 400 meter persegi, toko Do It Yourself, dan taman buka mulai 14 April. Pusat perbelanjaan, salon, dan toko yang lebih besar bisa buka mulai 1 Mei. Sedangkan restoran dan hotel bisa mulai buka pada pertengahan Mei.
Sedangkan Denmark, salah satu negara yang pertama kali melakukan penutupan wilayah serta pembatasan kegiatan ekonomi dan sosial, mulai mengizinkan tempat penitipan anak dan sekolah untuk kelas 1 sampai 5 kembali beraktivitas pada 15 April dan tengah mempertimbangkan pelonggaran lebih lanjut.
Polandia mengizinkan hotel dan pusat perbelanjaan untuk kembali buka pada 4 Mei dan memberikan opsi bagi sekolah usia dini untuk buka mulai 6 Mei. Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengonfirmasi rencana pemerintah untuk memundurkan Pemilu beberapa minggu dari jadwal pada 10 Mei.
Asia dan Pasifik
Pemerintah Tiongkok mencabut lockdown alias penutupan akses dari dan menuju Wuhan, kota episentrum awal virus corona, pada awal April. Meskipun sekolah, bioskop, dan sejumlah toko masih tutup. Pengecekan kesehatan juga dilakukan di berbagai tempat.
Objek-objek wisata di berbagai kota besar seperti Beijing dan Shanghai mulai dibuka kembali dan ramai didatangi turis. Mengutip media lokal, US News memberitakan, sebanyak 1,7 juta orang mengunjungi taman di Beijing dalam dua hari pertama dari lima hari libur nasional akhir April lalu. Sedangkan objek wisata di Shanghai didatangi lebih dari 1 juta pengunjung. Banyak lokasi wisata membatasi pengunjung menjadi hanya 30% dari kapasitas.
Berdasarkan data John Hopkins, Tiongkok mencatatkan nyaris 84 ribu kasus, dengan angka kematian melebihi 4.600 kasus, dan sembuh lebih dari 78 ribu kasus. Mulai 7 Maret, negara pimpinan Xi Jin Ping tersebut mulai jarang melaporkan kasus baru. Bahkan, lebih dari dua minggu ini atau mulai 18 April, belum ada kasus baru dilaporkan.
Korea Selatan yang tidak memberlakukan lockdown, berencana memperlonggar kebijakan jarak sosial mulai 6 Mei. Negara yang sempat mengalami lonjakan kasus corona ini, berhasil mengendalikan penyebaran dengan penerapan tes yang masif dan pelacakan yang agresif.
Saat ini, Negeri Ginseng telah melaporkan total 10 ribuan kasus, di bawah Indonesia yang melaporkan 11 ribu kasus. Jumlah kasus kematian di negeri pimpinan Moon Jae In tersebut tercatat hanya 252 kasus dan lebih dari 9 ribu kasus sembuh. Mulai 18 April, laporan kasus baru kurang dari 20 per hari, jauh di bawah level puncak yakni 851 kasus baru pada 3 Maret.
(Baca: Jokowi Minta Daerah Terapkan PSBB dengan Target Terukur)
Sedangkan dikutip dari World Economic Forum, pemerintah India mengizinkan beberapa industri seperti pertanian dan kontruksi di pedesaan untuk kembali buka setelah 20 April. Sedangkan lockdown telah diperpanjang hingga 17 Mei.
Negara ini telah melaporkan lebih dari 42 ribu kasus, dengan angka kematian nyaris 1.400, sedangkan kasus sembuh lebih dari 1.700. Jumlah kasus baru tercatat masih dalam tren naik. Pada 3 Mei, terjadi penambahan 2.800 kasus baru.
Singapura yang memberlakukan lockdown sebagian, berencana mengizinkan beberapa sektor bisnis untuk beroperasi mulai 12 Mei. Bisnis yang akan diizinkan beroperasi mulai tanggal tersebut seperti pengolahan makanan, toko retail makanan, layanan cuci pakaian, salon dan toko untuk keperluan hewan peliharaan. Beberapa kelompok kecil pelajar juga dibolehkan kembali sekolah pada 19 Mei.
Penyebaran virus di antara penduduk lokal Singapura disebut telah menurun signifikan. Kasus yang tidak diketahui sumber penularannya juga sudah banyak berkurang. Berdasarkan data John Hopkins, total 18 ribu kasus telah dilaporkan negara tersebut, dengan kasus kematian hanya 18 kasus. Penambahan kasus baru masih naik turun di atas 400 kasus per hari.
Selandia Baru juga mulai melonggarkan lockdown, setelah Perdana Menteri Jacinda Ardern menyampaikan bahwa pemerintah telah berhasil mengurangi penularan virus di komunitas-komunitas. Negara tersebut memberlakukan larangan level tiga, yang memungkinkan aktivitas di luar rumah dengan jarak fisik sekitar 2 meter, dan pembatasan pertemuan sosial. Anak-anak berusia kurang dari 10 tahun bisa kembali bersekolah.
Jacinda mengatakan pelonggaran memungkinkan 1 juta penduduk New Zealand kembali bekerja, dan 75% ekonomi kembali berfungsi. Sektor pariwisata tetap tutup. Perbatasan-perbatasan negara juga masih ditutup.
Sejauh ini, negara berpenduduk 3 juta jiwa tersebut melaporkan hampir 1.500 kasus, dengan 20 kasus kematian, dan hampir 1.300 kasus sembuh. Penambahan kasus turun ke bawah 10 kasus per hari sejak 20 April.
Timur Tengah dan Afrika
Dikutip dari situs World Economic Forum, Iran, negara paling terpukul di regional ini dengan total 97 ribu kasus corona, telah mencabut larangan perjalanan antar-provinsi. Bisnis dengan risiko rendah mulai dibuka. Meskipun, penambahan kasus baru berangsur turun, meskipun masih tinggi di atas 800 kasus per hari.
Sedangkan Arab Saudi telah menyetop perjalanan haji ke Mekah dan memperpanjang lockdown. Saudi mencatatkan total 27 ribu kasus corona sejauh ini, dengan kematian sebanyak 280 kasus dan sembuh sebanyak 4.100 kasus. Penambahan kasus baru masih dalam tren kenaikan. Pada 3 Mei tercatat ada 1.600 kasus baru.
Afrika Selatan telah melonggarkan aturan lockdown, sekitar 1,5 juta pekerja di beberapa industri terpilih mulai bekerja dengan ketentuan kesehatan yang ketat. Industri yang diperbolehkan beroperasi termasuk industri pakaian musim dingin, tekstil, kemasan. Restoran juga akan dizinkan buka, namun tidak untuk makan di tempat.
Aktivitas bersepeda, jalan atau lari juga diizinkan namun hanya tiga jam di pagi hari. Jarak fisik, penggunaan masker di ruang publik diwajibkan. Pelonggaran dilakukan di tengah tren penambahan kasus baru di negara tersebut. Berdasarkan data John Hopkins, sejauh ini, negara tersebut telah mencatatkan 6.700 kasus, dengan penambahan kasus baru mencapai 1.600 pada 3 Mei.
Nigeria mulai melonggarkan lockdown di tiga wilayah – Lagos, Abuja, Lagon -- mulai 4 Mei untuk durasi enam minggu. Penduduk diperbolehkan kembali bekerja, membeli makanan, berolah raga, dan mengunjungi pusat-pusat kesehatan. Bank buka dengan jam layanan yang lebih singkat, dan pertemuan hingga 20 orang diizinkan.
Namun, sekolah tetap tutup, penerbangan juga masih ditunda, dan restoran diizinkan buka namun tidak untuk makan di tempat, dan seluruh kegiatan budaya dibatalkan. Pelonggaran ini juga dilakukan di tengah tren kenaikan kasus baru di negara tersebut. Nigeria telah melaporkan 2.500 kasus corona sejauh ini, dengan penambahan kasus baru masih di kisaran 100-200 per hari.