Maskapai Tertua Kedua Dunia Hampir Bangkrut karena Utang saat Pandemi

ANTARA FOTO/REUTERS/Nathalia Angarita/hp/dj
Suasana di Bandara Internasional El Dorado beberapa jam setelah pemerintah Kolombia memerintahkan 19 hari-isolasi sebagai upaya menghambat penularan virus corona di Bogota, Kolumbia, Selasa (24/3/2020). Akibat pandemi corona, maskapai tertua di Kolombia hampir bangkrut.
Penulis: Yuliawati
11/5/2020, 11.03 WIB

Maskapai penerbangan tertua kedua di dunia, Avianca Holdings, mengajukan kebangkrutan atau pailit pada Minggu (10/5), setelah gagal bayar obligasi yang jatuh tempo dalam waktu dekat sebesar US$$ 65 juta atau Rp 969 miliar. Avianca yang berbasis di Bogota, Kolombia, ini merupakan maskapai tertua kedua setelah perusahaan asal Belada, KLM.

Jika gagal keluar dari kebangkrutan, Avianca akan menjadi salah satu maskapai besar pertama di dunia yang bangkrut akibat pandemi corona. Perusahaan mengalami tekanan keuangan sebelum virus corona atau Covid-19 menyebar ke Kolombia.

(Baca: Utang Rp 7,5 T Jatuh Tempo Mei-Juni, Garuda Nego Tunda Bayar ke Bank)

Masalah perusahaan semakin parah karena sejak WHO mengumumkan pandemi corona, Avianca belum menerbangkan penumpang mulai akhir Maret hingga sekarang. Saat ini perusahaan sudah tak mampu membayar gaji sebagian besar karyawan yang berjumlah 20 ribu orang.  

"Avianca menghadapi krisis yang paling menantang dalam sejarah 100 tahun kami," kata Kepala Eksekutif Avianca Anko van der Werff dalam rilis dikutip Reuters (11/5).

Bisnis Avianca mengalami tekanan sebelum pandemi corona dengan jumlah utang $ 7,3 miliar atau sekitar Rp 108,8 triliun pada 2019. "Ini sama sekali tidak mengejutkan. Perusahaan itu faktanya memiliki banyak utang dan mencoba merestrukturisasinya tahun lalu," kata Juan David Ballen, kepala ekonom di pialang Casa de Bolsa di Bogota.

(Baca: Kalutnya Dunia Penerbangan Nasional di Tengah Pandemi Covid-19)

Maskapai ini mengajukan kebangkrutan di New York dan mengatakan akan melanjutkan operasi dengan merestrukturisasi utangnya. Asosiasi Penerbangan Sipil Kolombia (ACDAC), serikat pekerja yang mewakili banyak karyawan Avianca, mendukung langkah tersebut.



Mengenai kemampuan membayar obligasi U$ 65 juta yang jatuh tempo pada hari Minggu, para analis menganggap maskapai tak siap dalam posisi bernegosiasi. S&P menurunkan peringkat maskapai ke status CCC pada hari-hari menjelang pembayaran itu. Eksekutif maskapai saat dikonfirmasi mengatakan mereka belum siap membayar obligasi yang jatuh tempo tersebut.

Bulan lalu, kantor akuntan Avianca, KPMG, mengatakan pihaknya memiliki "keraguan substansial" tentang kemampuan operator untuk eksis setahun dari sekarang. Saham Avianca ditutup pada 88 sen pada hari Jumat di New York, anjlok dari angka tertinggi lebih dari US$ 18 pada 2014.

Avianca pernah nyaris bangkrut pada awal 2000-an, namun diselamatkan seorang pengusaha minyak kelahiran Bolivia, Jerman Efromovich.

Efromovich menjalankan bisnis Avianca secara agresif hingga menambah beban utang yang signifikan. Pemegang saham lainnya mengeluarkan dia dari maskapai tahun lalu dalam rapat yang dipimpin oleh United Airlines Holdings Inc.

Bila Avianca di Kolombia ini bangkrut, menjadi maskapai ketiga milik Efromovich yang gulung tikar dalam beberapa tahun terakhir. Dua maskapai yang terlebih dahulu ditutup yakni Avianca Brasil dan Avianca Argentina.

(Baca: Terancam Bangkrut Akibat Corona, Maskapai Dunia Berlomba Tambah Utang)