Jepang akan kembali menetapkan keadaan darurat nasional seiring dengan melonjaknya kasus infeksi Covid-19. Pada Rabu (6/1) otoritas Jepang melaporkan lebih dari 6 ribu kasus baru infeksi virus corona, dengan 1.591 kasus ditemukan di Tokyo.
Penetapan keadaan darurat nasional akan diumumkan Perdana Menteri Yoshihide Suga pada Kamis (7/1) malam waktu setempat. Pengumuman tersebut akan menandakan dimulainya lockdown yang berlaku selama sebulan ke depan, mulai tengah malam nanti hingga 7 Februari 2021.
Ini merupakan lockdown yang kedua kalinya di Jepang sejak wabah Covid-19 dinyatakan sebagai pandemi global pada Maret 2020. Adapun lockdown sebelumnya berlaku pada April 2020 juga berlangsung selama satu bulan.
Perdana Menteri Suga mengatakan bahwa lockdown kali ini akan lebih terbatas dan terkonsentrasi. Namun banyak pihak yang mempertanyakan kebijakan ini lantaran perkembangan vaksin yang positif namun Jepang relatif tertinggal dibandingkan negara lainnya dalam memulai vaksinasi.
Nikkei Asia melaporkan, bahwa rincian rencana keadaan darurat Jepang pemerintahan Suga masih samar. Namun lockdown kali diperkirakan lebih terbatas, untuk meminimalkan dampak ekonomi. Ini berbeda dengan lockdown sebelumnya yang mencakup pembatasan pada berbagai sektor bisnis dan ekonomi.
Adapun fokus kebijakan lockdown kali ini menyasar pada restoran dan bar, sedangkan sekolah tetap diizinkan buka. Jam malam akan diberlakukan mulai pukul 20.00. Setelah jam tersebut masyarakat disarankan, tidak diharuskan, untuk tidak keluar rumah.
Restoran dan bar menjadi fokus lockdown karena para ahli di Jepang menduga penyebaran virus corona paling besar berasal dari tempat makan dan minum. Mereka mengatakan bahwa warga berusia 20 hingga 50 di Jepang paling berisiko tertular virus dan menyebarkannya di rumah atau tempat kerja.
Dari 1.591 kasus infeksi baru di Tokyo pada Rabu, didominasi oleh pasien berusia 20-an, yakni sebanyak 439. Inilah yang menjadi dasar pemerintah Jepang untuk mencegah orang pergi ke restoran atau bar.
Sekolah akan tetap buka, juga ujian masuk universitas yang akan tetap digelar sesuai rencana bulan ini. Sedangkan toserba dan bioskop kemungkinan besar juga akan tetap beroperasi.
Lockdown akan diterapkan di daerah metropolitan Tokyo dan tiga prefektur di sekitarnya, yakni Kanagawa, Saitama, dan Chiba. Warga di daerah tersebut disarankan untuk tidak keluar rumah setelah jam 8 malam, namun aturan tersebut tidak dipaksakan.
Regulasi Baru dan Rencana Subsidi Tambahan
Akan tetapi kebijakan lockdown Jepang kali ini tak lepas dari kritik. Banyak yang berpendapat kebijakan pembatasan terlalu sedikit dan terlambat. Selama ini kepatuhan terhadap keadaan darurat dan pembatasan bisnis pun masih bersifat sukarela.
Perusahaan seperti Hitachi, produsen kosmetik Fancl, dan perusahaan farmasi Daiichi Sankyo masih beroperasi dengan mengatur agar lebih banyak karyawannya yang bekerja dari rumah di daerah yang terdampak. Lainnya hanya membatasi perjalanan bisnis.
Berdasarkan hukum Jepang, perusahaan yang mengabaikan pedoman keadaan darurat tidak dapat didenda, mereka hanya akan disebutkan namanya dan dipermalukan. Namun Suga berniat mengubah aturan tersebut pada awal Februari.
Suga juga berniat untuk memperluas program subsidi bagi pelaku bisnis. Ini lantaran pada keadaan darurat sebelumnya pada April 2020, banyak pelaku bisnis yang tidak dapat mematuhinya karena kondisi keuangan yang tidak mendukung.
Pada program subsidi yang lalu, pemerintah Jepang mensubsidi hingga 600 ribu yen (US$ 5.800) per bulan bagi pelaku usaha yang memangkas jam kerja mereka. Jumlah tersebut rencananya akan ditingkatkan menjadi 1,2 juta yen (US$ 11.600).