Vaksin AstraZeneca Tak Efektif Lawan Varian Covid-19 di Afrika Selatan
Hasil penelitian dari University of the Witwaterstrand dan Oxford University menunjukkan bahwa efikasi vaksin virus corona buatan AstraZeneca menurun signifikan saat melawan varian Covid-19 asal Afrika Selatan. AstraZeneca telah mengonfirmasi hal tersebut pada Sabtu (6/2).
“Vaksin yang kami kembangkan bersama Oxford University sepertinya hanya memberikan perlindungan terbatas terhadap gejala ringan yang ditimbulkan varian Covid-19 Afrika selatan menurut data awal percobaan,” tulis pernyataan AstraZeneca seperti dikutip The Straits Times, Minggu (7/2).
Menurut juru bicara AstraZeneca kesimpulan tersebut berdasarkan uji klinis terhadap lebih dari 2 ribu peserta. Meskipun tidak ada seorangpun peserta tes yang dirawat di rumah sakit atau meninggal setelah mengikuti uji klinis.
“Namun kami belum bisa memastikan efek vaksin terhadap gejala berat pada pasien yang dirawat di rumah sakit mengingat bahwa sebagian besar peserta tes adalah orang dewasa muda yang sehat," kata juru bicara AstraZeneca tersebut.
Perusahaan farmasi asal Inggris tersebut meyakini vaksin buatannya dapat melindungi dari gejala berat varian Covid-19 Afrika Selatan. Ini karena aktivitas antibodi penetral sama dengan vaksin Covid-19 lain yang telah menunjukkan perlindungan terhadap gejala berat.
Sebelumnya dilaporkan bahwa efikasi vaksin buatan AstraZeneca-Oxford University mencapai 76% dalam sekali suntikan. Antibodi yang dihasilkan pun dapat bertahan selama tiga bulan.
Sementara itu British Medical Journal menyebutkan bahwa saat ini virus corona telah mengalami ribuan perubahan dan berkembang menjadi varian baru. Meski demikian hanya sebagian kecil yang akan membawa perubahan yang signifikan.
Saat ini ada tiga varian Covid-19 yang mendapat perhatian serius dari peneliti dan ahli kesehatan karena lebih menular dibandingkan varian lainnya, yakni varian Afrika Selatan, varian Inggris, dan varian Brasil.
“Oxford University dan AstraZeneca telah mulai menyesuaikan vaksin untuk melawan varian-varian ini dan akan terus berkembang melalui pengembangan klinis sehingga siap untuk pengiriman pada musim gugur nanti jika diperlukan,” kata juru bicara AstraZeneca.
Jumat (5/2) lalu Oxford University menyatakan bahwa vaksin mereka memiliki efikasi yang sama terhadap varian Covid-19 Inggris seperti halnya varian lainnya.
Public Health England (PHE) mengatakan bahwa ditemukan mutasi baru varian virus corona di Inggris pada sejumlah kecil kasus Covid-19. Mutasi virus itu mirip dengan varian Afrika Selatan dan Brasil yang dapat mengurangi kemanjuran vaksin virus corona.
Ada 11 laporan varian Inggris yang menampilkan mutasi E484K. Sebagian besar kasus berada di wilayah barat daya Inggris. Mutasi tersebut menimbulkan kekhawatiran internasional karena mirip dengan varian Afrika Selatan dan Brasil.
Pemerintah Inggris telah menemukan 11 orang di berbagai wilayah yang positif Covid-19 varian Afrika Selatan. Semuanya tanpa memiliki hubungan dengan orang-orang yang telah melakukan perjalanan ke sana.
Secara total, Inggris telah menemukan 105 kasus varian. Kecuali 11 orang tersebut, semua kasus varian baru Covid-19 pernah melakukan perjalanan atau kontak dengan seseorang yang pernah ke Afrika Selatan.