Taliban kembali berkuasa di Afganistan, setelah kehilangan kekuasaannya akibat serbuan pasukan Amerika Serikat dan NATO pada 2001. Berbagai respons negara-negara dunia muncul setelah itu. Ada yang menolak, tapi ada juga yang menyatakan dukungan Taliban mengambil alih pemerintahan Afganistan.
Setelah mengambil alih pemerintahan Afganistan, Taliban mengadakan konferensi pers pertamanya di Kabul, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menyampaikan kemenangan Taliban sebagai kemenangan rakyat Afganistan dari 20 tahun penjajahan.
Dia mengatakan bahwa Taliban telah mengusir orang asing dari Afganistan. Ini adalah momen yang membanggakan bagi seluruh rakyat Afganistan. Kebanggaan semacam ini jarang terjadi bila dapat dicapai.
“Saya ingin mengucapkan selamat kepada seluruh bangsa dan saya ingin menyambut Anda,” ujarnya dalam konferensi pers di Kabul, dikutip dari Al Jazeera, Selasa (17/8).
Merespon situasi di Afganistan, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melakukan pertemuan darurat pada Senin lalu (16/8). Hasil pertemuan ini, PBB mengeluarkan pertanyaan untuk menghentikan permusuhan dan mulai pembentukan pemerintahan Afganistan, yang bersatu, inklusif dan representatif, dan dengan partisipasi perempuan.
Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres saat rapat dengan Dewan Keamanan, mengimbau agar seluruh negara anggota berdiri sebagai satu kesatuan. Kemudian memastikan hak asasi manusia ditegakkan, bantuan kemanusiaan berlanjut, dan negara tidak menjadi platform teroris.
“Dunia sedang menonton. Kita tidak bisa dan tidak boleh meninggalkan rakyat Afganistan,”ujarnya dalam salah satu cuitannya di Twitter.
Sementara negara-negara barat telah menyampaikan keresahan mereka, Afganistan akan menjadi sarang teroris. Presiden Prancis, Emmanuel Macron mengatakan Afganistan tidak bisa menjadi tempat perlindungan bagi teroris.
“Afganistan tidak bisa lagi menjadi tempat perlindungan terorisme seperti dulu,” kata Macron.
Perdana menteri Inggris, Boris Johnson bahkan meminta agar tidak ada negara yang mengakui Taliban. Dia juga menyerukan agar mencegah Afganistan menjadi tempat berkembangnya teroris.
“Kami tidak mau siapapun secara bilateral mengakui Taliban” ujarnya seperti dikutip Reuters. (16/8).
Uni Eropa juga belum menyatakan rencana untuk mengakui Taliban di Afganistan. “Uni Eropa harus berbicara dengan Taliban, tetapi kerja sama apa pun akan tergantung apakah penguasa baru Afganistan menghormati hak-hak dasar,” kata Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell, Selasa (17/8).
Berbagai platform sosial media seperti Facebook, Whatsapp, Instagram, Youtube, hingga TikTok pun menyatakan akan terus melarang konten yang berkaitan dengan Taliban. Alasannya, Taliban telah dikenai sanksi sebagai organisasi teroris di bawah hukum Amerika Serikat.
"Kami telah melarang mereka dari layanan kami di bawah kebijakan Organisasi Berbahaya kami. Ini berarti kami menghapus akun yang dikelola oleh atau atas nama Taliban dan melarang pujian, dukungan, dan perwakilan dari mereka, "kata seorang juru bicara Facebook kepada BBC, Selasa (17/8).
Dukungan Terhadap Taliban
Mengutip pemberitaan-pemberitaan di The Guardian, sampai saat ini hanya Pakistan, Tiongkok dan Rusia yang menunjukan keinginan untuk bekerja sama dengan Taliban.
Perdana Menteri Pakistan, Imran Khan, mengatakan bahwa Taliban telah memutuskan rantai perbudakan mental di Afganistan. Sementara Tiongkok dan Rusia juga berencana untuk memperdalam kerja sama dengan Afganistan setelah Taliban mengambil kekuasaan.
Juru bicara Tiongkok Hua Chunying mengatakan Beijing siap untuk mengembangkan hubungan bertetangga yang baik, bersahabat, dan kooperatif dengan Afganistan. Tiongkok juga menyambut baik janji Taliban yang tidak akan membiarkan kekuatan apapun menggunakan wilayah Afganistan untuk terlibat dalam tindakan yang merugikan Tiongkok.
Tiongkok menyatakan akan lebih terlibat dalam perdamaian dan keamanan Afganistan. Proses rekonsiliasi dan memainkan peran yang lebih besar dalam rekonstruksi masa depan dan pembangunan ekonomi Afganistan.
Zamir Kabulov, utusan Rusia untuk Afganistan, juga sempat mengungkapkan kemungkinan Rusia akan mengakui pemerintahan Taliban.
Sejarah Taliban
Taliban dibentuk oleh Muhammad Omar, mantan mujahidin tahun 1994. Kelompok ini berisi veteran mujahidin yang ikut dalam perang melawan Uni Soviet 1979-1989.
Taliban bermakna “pencari ilmu agama”. Kelompok ini muncul dari sekolah-sekolah konservatif di kamp pengungsi di Pakistan. Pada awalnya, Taliban mendapat dukungan karena janji untuk menyatukan negara dan mengakhiri 15 tahun peperangan.
Pada tahun 1996, Taliban berhasil merebut kota Kabul dan menyatakan Afganistan sebagai emirat Islam. Dalam menjalankan pemerintahannya, Taliban dikenal brutal dan represif.
Taliban mencabut semua hak perempuan, mereka dilarang sekolah, dipaksa memakai burqa, dan dilarang keluar tanpa didampingi pelindungnya. Taliban juga melarang musik dan semua hiburan.