WHO Kecam Suntikan Booster: Menghina Kesetaraan Vaksin Covid-19

ANTARA FOTO/REUTERS/Phil Noble/HP/sa.
Phil Noble Orang-orang berbaris di luar mobil pu vaksinasi, di tengah wabah penyakit virus corona (COVID-19) di Bolton, Inggris, Minggu (16/5/2021).
Penulis: Happy Fajrian
20/8/2021, 07.49 WIB

Direktur Afrika di Badan Kesehatan Dunia (WHO) Dr. Matshidiso Moeti mengkritik keputusan negara-negara kaya untuk memberikan suntikan penguat vaksin virus corona. Menurutnya suntikan booster merupakan penghinaan terhadap kesetaraan vaksin.

Pasalnya banyak negara-negara di dunia, terutama di benua Afrika, masih berjuang untuk mendapatkan pasokan vaksin. Tingkat vaksinasi di negara-negara Afrika pun tertinggal jauh di belakang benua lain dengan hanya 2% dari 1,3 miliar penduduk yang telah divaksinasi penuh.

“Meskipun pengiriman vaksin telah dipercepat dalam beberapa minggu terakhir, negara-negara Afrika masih belum mendapatkan pasokan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka,” kata Dr. Moeti seperti dikutip dari The New York Times, Jumat (20/8).

Menurut dia, seharusnya negara-negara kaya memprioritaskan negara miskin alih-alih menawarkan dosis tambahan kepada warganya yang sudah divaksinasi penuh.

“Langkah beberapa negara untuk memperkenalkan suntikan booster karena mereka telah menimbun vaksin, mereka mengolok-olok kesetaraan vaksin,” kata dia.

WHO telah menyerukan moratorium suntikan penguat vaksin Covid-19 hingga akhir September 2021 untuk menambah pasokan bagi negara-negara berpenghasilan rendah. Tapi beberapa negara kaya menyatakan tidak akan menunggu selama itu.

Di Amerika Serikat (AS), Presiden Joe Biden mengatakan bahwa mereka akan memberikan suntikan penguat kepada mayoritas warganya mulai 20 September. Bahkan Biden dan istrinya, Jill, berencana untuk mendapatkan suntikan penguat, jika regulator federal mengizinkan.

Perancis dan Jerman juga berencana memberikan suntikan penguat kepada populasi rentan. Sedangkan di Israel, lebih dari satu juta penduduk telah mendapatkan suntikan ketiga vaksin Covid-19.

Biden membela hak warga AS untuk mendapatkan suntikan ketiga meski banyak negara yang berjuang untuk memberikan suntikan awal kepada warganya. Pasalnya, Biden menilai negaranya sudah memasok vaksin lebih banyak dibandingkan seluruh dunia digabungkan.

“Kami memberikan lebih banyak (vaksin) ke seluruh dunia daripada gabungan seluruh dunia. Kami hanya menjaga bagian kami,” katanya dalam sebuah wawancara di ABC.

Afrika sejauh ini telah melaporkan lebih dari 7,3 juta kasus dan 184.000 kematian akibat Covid-19. WHO melaporkan jumlah kasus melonjak di lebih 20 negara Afrika. Ini memicu penguncian wilayah, pemberlakuan jam malam yang lebih panjang , penutupan sekolah, dan pembatasan pertemuan publik.

Pakar kesehatan mengatakan varian Delta yang lebih menular, pertama kali terdeteksi di India, bertanggung jawab atas sebagian besar penyebaran saat ini di benua itu.

“Varian Alpha membutuhkan waktu delapan bulan untuk menyebar ke 30 negara. Delta melakukannya hanya empat bulan,” kata Dr. Moeti, membandingkan Delta dengan varian yang pertama kali terdeteksi di Inggris.

Beberapa negara Afrika juga menghadapi wabah penyakit lain. Minggu ini, Pantai Gading mengkonfirmasi kasus Ebola pertamanya dalam hampir 30 tahun. Guinea melaporkan kasus virus Marburg, yang pertama kali ditemukan di Afrika Barat. Uganda, yang baru saja keluar dari penguncian virus corona selama 42 hari, mengumumkan wabah polio.

Dr. Moeti mendesak negara-negara kaya untuk “memikirkan kembali ide booster” karena ada risiko varian yang lebih berbahaya akan muncul ketika virus menyebar pada populasi yang tidak divaksinasi.

“Kegagalan untuk memvaksinasi kelompok paling berisiko di semua negara akan mengakibatkan kematian yang tidak perlu. Kami mengatakan ini setiap minggu, dan itu tidak cukup untuk diulang,” katanya.