Duterte Akan Maju Sebagai Cawapres Filipina, Demi Lanjutkan Kekuasaan?

ANTARA FOTO/REUTERS/Carl Court/Pool
Presiden Filipina Rodrigo Duterte tiba untuk menghadiri penobatan Kaisar Jepang Naruhito di Tokyo, Jepang, Selasa (22/10/2019)
Penulis: Maesaroh
9/9/2021, 08.55 WIB

Presiden inkumben Filipina Rodrigo Duterte menerima pencalonan dari partainya, Partai PDP-Laban, untuk maju sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada pemilihan umum tahun depan. Banyak pihak yang menuding pencalonan Duterte sebagai upayanya untuk melanggengkan kekuasaan.

Filipina akan menggelar pemilu pada Mei tahun depan. Konstitusi negara tersebut melarang seseorang untuk mencalonkan diri sebagai capres untuk kedua kalinya.

Menyusul pencalonan Duterte sebagai cawapres, sejumlah spekulasi pun langsung beredar. Banyak pihak yang menilai langkah Duterte sebagai upayanya untuk terus dekat dengan kekuasaan.

Bila nantinya terpilih, politikus berusia 76 tahun tersebut juga bisa melanjutkan ambisi besarnya dalam perang melawan bandar narkoba.

 Dalam pidatonya di konvensi Partai PDP-Laban, Rabu (8/9), Duterte mengatakan pencalonannya sebagai cawapres adalah bentuk kecintaannya pada negara. Namun, dia juga tidak membantah jika berambisi untuk melanjutkan misi-misinya sebagai presiden.

"Apakah ini sebuah ambisi?Bisa jadi. Apakah ini bentuk cinta saya kepada negara? Tentu saja. Apakah ini karena saya ingin melanjutkan usaha saya meskipun saya bukan lagi yang memberikan pengarahan? Saya mungkin membantu. Tetapi anda pasti tahu apa masalah utama negeri ini yakni: narkoba, terorisme, dan NPA," tutur Duterte, seperti dikutip dari Rappler.

NPA atau Tentara Rakyat Baru merupakan sayap bersenjata dari Partai Komunis Filipina (CPP) dan selama ini dianggap sebagai pemberontak.

Duterte diperkirakan akan memilih kandidat capres yang secara politik lemah untuk menemaninya dalam pemilihan capres-cawapres 2022. Politikus kelahiran Mindanao tersebut bisa menjadi presiden lagi jika pendampingnya mundur sebagai presiden di tengah jalan.

Duterte meminta senator dan rekan terdekatnya Christopher "Bong" Go untuk menjadi kandidat. Namun, Go menolak karena karena lebih memilih "melayani rakyat".

"Saya ulangi, saya tidak tertarik mencalonkan diri sebagai presiden di pemilu yang akan datang. Prioritaskan saja kepada orang lain yang mungkin menginginkan itu," kata Go.

Kendati sudah ditolak, Partai PDP-Laban akan terus meyakinkan Go untuk maju sebagai capres menemani Duterte.
"Apapun terjadi dari sekarang sampai 1 Oktober. Bahkan sampai menit terakhir (pendaftaran kandidat) pada 8 Oktober," tutur Sektretaris dan eksekutif presiden Partai PDP-Laban Karlo Nograles.

Namun, tidak sedikit yang menganggap majunya Duterte sebagai cawapres adalah upayanya untuk menghindari Mahkamah Pidana Internasional.
Posisi sebagai wapres Filipina kemungkinan akan membuatnya kebal dari Mahkamah Pidana Internasional. Duterte terancam diseret ke Mahkamah Pidana Internasional karena langkah otoriternya dalam perang melawan narkoba.

Kebijakannya dalam memerangi bandar narkoba diperkirakan menewaskan lebih dari tujuh ribu orang.
Pada Juni lalu, Mahkamah Pidana Internasional meminta investigasi terbuka terkait perang melawan narkoba di Filipina.

Sejumlah kandidat  terus bermunculan untuk  bursa capres Filpina menjelang pendaftaran kandidat bulan depan. Salah satu nama yang terus memenangi polling kandidat capres adalah putri Duterte, Sara Duterte Carpio.

Sara yang kini menjabat sebagai Wali kota Davao secara terbuka sudah menunjukan ketertarikannya sebagai capres FIlipina. Berbeda dengan Duterte, Sara merupakan politikus dari Partai Hugpong ng Pagbabago.
Nama lain yang muncul sebagai kandidat capres adalah Bongbong Marcos, putera mantan diktator Ferdinand Marcos.