Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menegaskan posisi Indonesia terkait situasi di Ukraina, dalam pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
Pertemuan bilateral ini dilakukan di sela-sela kegiatan di Tunxi, Cina. Menlu Retno menghadiri pertemuan Neighboring Countries of Afghanistan + Afghanistan Foreign Ministers Dialogue untuk membahas situasi di Afghanistan.
“Saya menekankan kembali posisi prinsip Indonesia, yang dipegang teguh oleh Indonesia, termasuk penghormatan terhadap hukum internasional dan prinsip-prinsip Piagam PBB, seperti kedaulatan dan integritas wilayah,” kata Retno dalam pengarahan pers, Kamis (31/3) seperti dikutip Antara.
Indonesia menegaskan pentingnya segera menghentikan peperangan di Ukraina, mengingat dampak luar biasa yang ditimbulkan terhadap kemanusiaan dan pemulihan ekonomi global.
Selain itu, Menlu menyampaikan harapan Indonesia terhadap negosiasi perdamaian yang sedang berlangsung antara perwakilan Rusia dan Ukraina di Istanbul, Turki, terus berjalan dan menghasilkan keputusan positif bagi kedua pihak.
"Oleh karena itu, diperlukan fleksibilitas agar negosiasi dapat membuahkan hasil yang baik,” ujar Retno.
Rento juga menegaskan bahwa semua pihak harus berupaya agar perang yang terjadi dapat segera berakhir, supaya situasi kemanusiaan di Ukraina tidak memburuk.
Pertemuan Retno dan Lavrov adalah pertemuan kedua setelah mereka melakukan pembicaraan via sambungan telepon.
Selain dengan Menlu Rusia, Retno juga melakukan pertemuan bilateral dengan sejawatnya dari Iran dan Cina.
Sebelumnya, Indonesia juga mendukung resolusi kemanusaan di Ukraina, pada sidang darurat khusus Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Resolusi tersebut diajukan Ukraina bersama-sama Prancis dan Meksiko.
"Resolusi dengan judul 'Humanitarian Consequences of the Aggression against Ukraine' diadopsi melalui pemungutan suara dan memperoleh dukungan dari 140 negara, termasuk Indonesia," kata Wakil Tetap RI untuk PBB di New York, Amerika Serikat, Duta Besar Arrmanatha Nasir, melalui keterangan resmi, Jumat (25/3).
"Melalui resolusi ini, anggota PBB menyatakan keprihatinannya dan mendorong agar segera diambil aksi untuk atasi masalah kemanusiaan di Ukraina dan sekitarnya," lanjutnya.
Ini menjadi resolusi pertama yang diadopsi PBB mengenai kondisi kemanusiaan di Ukraina. "Situasi kemanusiaan di Ukraina dalam beberapa minggu terakhir terus memburuk. Jumlah pengungsi sudah melampaui tiga juta orang dalam satu bulan terakhir. Berbagai infrastruktur umum telah rusak," ujar Arrmanatha.