Ratusan orang meninggal dan terluka saat merayakan Halloween di Seoul, Korea Selatan pada Sabtu (29/10) malam waktu setempat. Hal itu terjadi akibat kerumunan besar yang membanjiri distrik pusat ibukota, Korea Selatan, menurut kantor berita Yonhap.

Hingga Minggu (30/10) pukul 9 pagi waktu setempat, dikonfirmasi sebanyak 151 orang, termasuk 19 orang asing atau WNA, telah tewas. Selain itu, 82 korban lainnya terluka, 19 di antaranya mengalami luka serius, menurut Kepala Departemen Pemadam Kebakaran di Yongsan, Choi Seong-beom.

Perayaan Halloween di Korea tahun ini menjadi yang paling kelam, di mana puluhan ribu pengunjung berdesak-desakan di sebuah gang sempit dekat Hotel Hamilton. Korban dari tragedi tersebut sebagian besar adalah remaja berusia 20 tahun-an. 

Saksi dan penyintas mengatakan tragedi Halloween terjadi ketika sekelompok besar orang berdesakan menuju gang sempit, dan langsung didorong ke bawah oleh orang lain. 

"Orang-orang terus mendorong ke gang klub yang menurun, mengakibatkan orang lain berteriak dan jatuh seperti kartu domino. Saya pikir saya akan dihancurkan sampai mati juga, karena orang-orang terus mendorong tanpa menyadari ada orang yang jatuh di awal penyerbuan," tulis seorang saksi tak dikenal di Twitter, dilansir dari Yonhap.

Seorang wanita berusia 20 tahun-an mengatakan kecelakaan itu terjadi setelah kerumunan besar orang didorong bolak-balik selama beberapa waktu. Kondisi tersebut kemudian menyebabkan temannya terjepit di bawah kerumunan.

Wanita lain yang selamat berusia 20-an, bermarga Park mengatakan desakan kerumunan meningkat ketika orang-orang berbondong-bondong ke jalan kecil dalam waktu singkat. "Orang pendek seperti saya bahkan tidak bisa bernapas. (Saya) bisa bertahan karena saya berada di pinggir gang. Sepertinya orang di tengah paling menderita," kata Park.

Sementara itu, korban selamat lainnya menyalahkan pemilik bar dan klub di dekatnya, yang diduga menghalangi orang untuk melarikan diri dari gang yang penuh sesak.

"Sepertinya korban lebih parah karena orang-orang berusaha melarikan diri ke toko-toko terdekat, tetapi diusir kembali ke jalan karena jam kerja sudah berakhir," kata korban yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.

Di sisi lain, Ahn Yeon-seon (55 tahun) menceritakan saat terakhir anaknya Seoul Ye-sol (19 tahun) berpamitan untuk bertemu pacarnya di Itaewon. Hari itu seharusnya menjadi kencan terakhir Ye-sol sebelum sang pacar pergi wajib militer. Namun, tujuh jam setelah puterinya berpamitan, pacarnya justru menelpon Yeon-seon sambil menangis dan mengatakan anaknya telah meninggal. 

Yeon-seon kemudian menjelajahi rumah sakit di Seoul pada Minggu (30/10) untuk mencari puterinya. "Dia berkata, 'Bu, beri aku uang!' dan kemudian keluar," kata Ahn kepada kantor berita Yonhap di Rumah Sakit Universitas Soonchunghyang, rumah sakit terbesar di daerah Itaewon di mana banyak korban tewas dan terluka dibawa oleh petugas tanggap darurat.

"Pacarnya menelepon saya sekitar tengah malam, menangis, mengatakan Ye-sol sudah mati, bahwa dia berada di bawah tumpukan orang selama lebih dari satu jam, dan dia mencoba menariknya keluar tetapi tidak bisa," kata Ahn. "Saya bergegas ke sini setelah menerima teleponnya, tetapi belum menerima konfirmasi."

Ye-sol adalah anak kedua dari empat bersaudara. Dia turut membantu ekonomi keluarga dengan bekerja lebih awal agar bisa membesarkan adik-adiknya sejak kematian ayahnya. 

Mengutip cuitan akun @chloepark di Twitter, perayaan Halloween kali ini menjadi yang paling menakutkan dalam hidupnya. Di mana sekitar 30 orang tumbang, dan 400 petugas keselamatan turun dan menyebar. Dia juga membagikan cuplikan video terkait kondisi yang sedang terjadi. 

"Truly the scariest halloween of my life-30 down, 400 rescue workers deployed. Please avoid Itaewon and stay safe," ujar pemilik akun @chloepark.

"Dari total korban meninggal, sebanyak 97 jiwa adalah perempuan dan 54 laki-laki," kata Choi.

Orang asing yang tewas termasuk mereka yang berasal dari Iran, Uzbekistan, Cina dan Norwegia. 19 WNA tersebut dipastikan tewas karena berdesakan selama perayaan Halloween.

Sementara itu, Presiden Korea Selatan, Yoon Suk-yeol mengumumkan masa berkabung nasional dan memerintahkan penurunan bendera, pada Minggu (30/10). Itu diumumkan setelah tragedi Halloween mematikan yang menewaskan sedikitnya 151 orang, termasuk 19 orang asing,

"Ini benar-benar mengerikan. Tragedi dan bencana hari Sabtu seharusnya tidak pernah terjadi," kata Yoon, sebagaimana dilansir dari laman Yonhap.