Erdogan: Turki Tewaskan Pemimpin ISIS di Suriah

ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra/nym.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyampaikan keterangan kepada wartawan dalam konferensi pers KTT G20 di Media Center, BICC, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (16/11/2022).
1/5/2023, 09.21 WIB

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, mengumumkan bahwa Turki telah menewaskan pemimpin organisasi Daesh/ISIS dalam sebuah operasi intelijen di Suriah pada Sabtu (29/4).

Erdogan mengatakan, Organisasi Intelijen Nasional Turki atau MIT telah lama mengikuti pemimpin Daesh dengan kode nama Abu Hussein al-Qurayshi.

"Ini adalah pertama kalinya saya mengatakan ini di sini. Orang ini dilumpuhkan dalam operasi yang dilakukan oleh MIT kemarin," kata Erdogan dalam wawancara langsung dengan penyiar Turki TRT Turk pada hari Minggu (30/4), seperti dikutip dari Anadolu Agency, Senin (1/5).

"Kami akan terus melanjutkan perjuangan kami melawan organisasi-organisasi teroris tanpa diskriminasi," kata dia, menambahkan.

Turki Negara Pertama Nyatakan ISIS Teroris

Pada 2013, Turki menjadi negara pertama yang menyatakan bahwa Daesh/ISIS merupakan organisasi teroris.

Turki telah beberapa kali menjadi target serangan kelompok teror. Sekitar 300 orang terbunuh serta ratusan lainnya luka-luka dalam sedikitnya 10 insiden bom bunuh diri, tujuh serangan bom, dan empat penyerangan bersenjata.

Turki lantas merespons serangan-serangan tersebut dengan meluncurkan operasi antiteror, baik di dalam negeri maupun luar negeri, guna mencegah serangan lanjutan.

Al-Qurayshi ditunjuk menjadi pemimpin ISIS pada November 2022. Dia meneruskan pemimpin sebelumnya, Abu Hasan al-Hashimi al-Qurashi, yang tewas di Suriah.

Kasus Terorisme di Indonesia

Menurut Global Terrorism Index (GTI), Filipina adalah negara yang mengalami kasus terorisme paling parah di kawasan Asia Pasifik. Sementara Indonesia menempati posisi ketiga.

GTI mendefinisikan terorisme sebagai ancaman sistematis atau penggunaan kekerasan oleh aktor non-negara, yang bertujuan untuk mengkomunikasikan pesan politik, agama, atau ideologi tertentu dengan membangkitkan rasa takut dan mencoba mengubah perilaku masyarakat.

GTI mengukur dampak terorisme berdasarkan empat indikator, yakni jumlah insiden, jumlah korban jiwa, korban luka, dan kerusakan properti akibat aksi teror di tiap negara.

Indikator tersebut kemudian diolah ke dalam rentang skor 0-10. Semakin tinggi skornya, maka dampak terorisme yang terjadi di negara tersebut dianggap semakin buruk.

Reporter: Antara