Pabrik uranium di wilayah Ural, Rusia, meledak pada pada Jumat (14/7). Ledakan terjadi setelah tekanan di sebuah silinder heksafluorida milik Ural Electrochemical Combine yang berlokasi di Novouralsk menurun.
Akibat ledakan ini, satu pekerja berusia 65 tahun tewas. Mengutip dari Reuters, Ural Electrochemical Combine menyatakan ledakan terjadi akibat depresurisasi di sebuah silider berisi uranium heksafluorida yang sudah habis.
Heksafluorida adalah senyawa kimia yang digunakan dalam proses pengayaan uranium untuk memproduksi bahan bakar yang digunakan pada reaktor nuklir. Menurut UEC, senyawa ini digunakan di fasilitas miliknya untuk memurnikan nuklir.
Senyawa ini bersifat sangat beracun, sangat reaktif dengan air dan bersifat korosif pada hampir semua logam. UEC merupakan produsen bahan dasar nuklir di bawah Rosatom yang memproduksi nuklir untuk dimanfaatkan di pembangkit listrik tenaga nuklir.
Induk perusahaan UCE, Rosatom, mengeluarkan pernyataan pers yang menyatakan tak ada unsur radioaktif yang perlu dikhawatirkan. "Kejadian ini bersifat lokal dan tidak ada risiko bagi mereka yang tinggal di dekat pabrik."
Mereka menyebutkan senyawa kimia yang sudah dimurnikan tersebut tidak memiliki unsur radiokatif setinggi uranium alami. "Radiasi yang diukur setelah ledakan adalah 0,17 microsieverts, masih di ambang normal."
Menurut World Nuclear Association, radiasi yang terjadi secara alami memiliki ambang batas 0,17-0,39 microsieverts per jam.
Fasilitas yang dimiliki oleh UCE itu disebut-sebut sebagai yang terbesar di Rusia. Fasilitas itu menyediakan 48% kebutuhan nuklir di Rusia.
Catatan Tragedi Reaktor Nuklir di Dunia yang Timbulkan Bencana Radiasi
Kecelakaan kerja di pabrik pengolahan bahan nuklir bukan yang pertama ini terjadi di Rusia. Pada 29 September 1957, terjadi ledakan di pabrik pengolahan nuklir di Kota Ozyorsk, Uni Soviet (sekarang Rusia), akibat kegagalan kerja sistem pendingin di tangki penyimpanan limbah.
Insiden itu ditetapkan sebagai bencana tingkat 6 pada skala kejadian nuklir internasional dengan korban sebanyak 300 jiwa dan 22 desa terkena radiasi. Bencana nuklir yang dikenal dengan nama Bencana Kyshtym merupakan tragedi reaktor nuklir pertama yang menelan banyak korban.
Bencana akibat ledakan nuklir selanjutnya terjadi di Amerika Serikat yang dikenal dengan nama Tragedi Three Mile Island. Berdasarkan catatan Union of Concerned Scientists, kecelakaan yang terjadi pada 28 Maret 1979 itu terjadi karena kegagalan dalam sistem sekunder non-nuklir.
Kecelakaan ini dikategorikan sebagai bencana level 5 pada skala kejadian nuklir internasional. Tak disebutkan jumlah korban jiwa akibat kejadian kecelakaan tersebut.
Namun, pembersihan akibat kecelakaan itu baru berakhir pada Desember 1993 dengan menelan biaya US$ 1 miliar. Penonaktifan fasilitas nuklir itu ditargetkan selesai sepenuhnya pada 2079 dengan menelan biaya US$ 1,2 miliar.
Bencana nuklir terburuk sepanjang sejarah tercatat di Chernobyl dan dikategorikan ke dalam level 7 dalam skala kejadian nuklir internasional. Bersanding dengan bencana nuklir di Fukushima, Jepang.
Sekitar 100 orang meninggal akibat ledakan itu dan sekitar empat ribuan orang meninggal akibat radiasinya. Dalam peristiwa yang terjadi pada 26 April 1986 tersebut, nyaris 500 ribu penduduk mengungsi secara permanen.
Berbagi level yang sama, bencana nuklir di Fukushima yang terjadi pada 11 Maret 2011 merupakan bencana nuklir yang dipantik oleh peristiwa gempa bumi dan tsunami. Meskipun tidak ada korban jiwa secara langsung, diperkirakan akan ada 130-640 korban jiwa dalam beberapa dekade ke depan sebagai akibat dari radiasi yang ditimbulkan.