Cina Lobi Uni Eropa untuk Cari Penyelesaian Perang Rusia - Ukraina

ANTARA FOTO/REUTERSATTENTION EDITORS - THIS IMAGE HAS BEEN SUPPLIED BY A THIRD PARTY. TPX IMAGES OF THE DAY /foc.
Petugas pemadam kebakaran bekerja di lokasi serangan rudal Rusia di pelabuhan laut Odesa, saat serangan Rusia terhadap Ukraina berlanjut, Ukraina 23 Juli 2022. Press service of the Joint Forces of the South Defence/Handout
Penulis: Happy Fajrian
13/3/2024, 06.38 WIB

Utusan khusus Cina untuk urusan Eurasia Li Hui merampungkan misi berkeliling ke Rusia, Ukraina dan beberapa negara Eropa lainnya untuk mencari solusi atas krisis Ukraina.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Wang Wenbin mengatakan bahwa Li Hui telah mengunjungi Rusia, markas besar Uni Eropa (UE), Polandia, Ukraina, Jerman dan Prancis pada 2-12 Maret.

“Li Hui melangsungkan pembicaraan dengan pihak-pihak terkait mengenai penyelesaian jalur politik krisis Ukraina,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin saat menyampaikan keterangan kepada media di Beijing, Cina, pada Selasa (12/3).

Kunjungan Li Hui ke beberapa negara dengan misi mencari penyelesaian dalam konflik Ukraina-Rusia adalah yang kedua kalinya karena pada Mei 2023 ia juga pernah berkunjung ke Polandia, Prancis, Jerman dan Rusia.

“Telah ada pertukaran pandangan secara mendalam dan mediasi berbagai pihak sekaligus penyampaian informasi ke beberapa pihak. Semua pihak mengakui pentingnya kunjungan Utusan Khusus Li Hui dan memuji upaya Cina dalam mendorong perundingan perdamaian,” kata Wang Wenbin.

Wang Wenbin menyebut sudah lebih dari dua tahun sejak krisis Ukraina terjadi dan selama itu pula Cina mengambil posisi objektif dan tidak memihak serta berupaya membangun konsensus untuk mengakhiri konflik dan membuka jalan bagi perundingan perdamaian.

“Ketika konflik berlarut-larut dan situasi malah mungkin mengalami eskalasi dan memburuk, prioritas paling mendesak saat ini adalah memulihkan perdamaian,” ungkap Wang Wenbin.

Cina, kata Wang Wenbin, dengan tulus berharap pihak-pihak terkait dapat menunjukkan keinginan politik, meredakan situasi dan sama-sama berupaya untuk menerapkan gencatan senjata dini serta mendorong terciptakan arsitektur keamanan Eropa yang seimbang, efektif dan berkelanjutan.

“Cina akan terus mendorong perundingan perdamaian dan memainkan peran konstruktif dalam penyelesaian lewat jalur politik atas krisis Ukraina,” kata Wang Wenbin.

Namun dia juga menyampaikan kecaman terhadap tindakan Direktur CIA William Burns yang mengatakan kepada Senat bahwa Amerika Serikat (AS) akan melanjutkan dukungannya terhadap Ukraina sebagai pesan bahwa AS tidak akan meninggalkan mitranya di Indo-Pasifik sekaligus memicu penguatan kepemimpinan Cina di Taiwan maupun Laut Cina Selatan.

“Pernyataan itu menunjukkan bahwa yang benar-benar dipedulikan AS bukanlah Ukraina, namun memanfaatkan krisis Ukraina untuk mewujudkan tujuan strategis geopolitiknya,” ujarnya.

Pada 24 Februari 2022, Rusia melancarkan operasi militer khusus ke Ukraina. Saat ini, sekitar 18% wilayah Ukraina masih berada di bawah pendudukan Rusia termasuk Semenanjung Krimea serta sebagian besar Donetsk dan Luhansk di bagian timur.

Organisasi Save the Children mencatat lebih dari 10.500 orang telah tewas imbas invasi, dengan 587 di antaranya merupakan anak-anak. Selama dua tahun tersebut, sekutu Ukraina juga mengirim berbagai bantuan baik militer, finansial dan kemanisaan.

Negara-negara Barat menyuplai peralatan tempur seperti tank militer, sistem pertahanan udara hingga artileri jarak jauh. Sementara data dari Institut Kiel untuk Ekonomi Dunia menyebut berbagai institusi Uni Eropa mengirim bantuan senilai US$ 92 miliar (sekitar Rp 1.438,42 triliun) sedangkan AS mengirimkan US$ 73 miliar (sekitar Rp 1.141,35 triliun).

Sementara Rusia secara terus-menerus memperingatkan agar berbagai negara tidak melanjutkan pengiriman senjata ke Ukraina dengan mengatakan hal itu akan berakibat buruk dengan meningkatkan eskalasi konflik.

Reporter: Antara