Seorang menteri sayap kanan Israel telah memicu kemarahan dengan mengatakan bahwa ia akan membangun sebuah sinagog Yahudi di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur. Pernyataan Menteri Keamanan Israel Itamar Ben-Gvir itu memperkuat narasi bahwa situs suci umat Islam dan simbol nasional Palestina itu sedang terancam.
Ben-Gvir telah berulang kali mengabaikan larangan lama pemerintah Israel terhadap umat Yahudi untuk beribadah di tempat tersebut. Ia mengatakan kepada Radio Angkatan Darat Israel bahwa jika memungkinkan, ia akan membangun sebuah sinagog di kompleks Al-Aqsa, yang dikenal oleh umat Yahudi sebagai Temple Mount.
Kompleks Al-Aqsa adalah situs tersuci ketiga dalam Islam dan simbol identitas Palestina. Tempat ini juga dianggap oleh orang Yahudi sebagai lokasi Bait Suci Pertama dan Kedua - yang terakhir dihancurkan oleh Romawi pada tahun 70 Masehi.
“Jika saya bisa melakukan apa pun yang saya inginkan, saya akan menancapkan bendera Israel di situs tersebut,” kata Ben-Gvir dalam wawancara tersebut, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (27/8).
Ditanya beberapa kali oleh seorang jurnalis apakah ia akan membangun sinagog di situs tersebut jika ia berkenan, Ben-Gvir akhirnya menjawab: “Ya.”
Di bawah status quo yang berlangsung selama puluhan tahun yang dipertahankan oleh pihak berwenang Israel, orang-orang Yahudi dan non-Muslim lainnya diizinkan untuk mengunjungi kompleks di Yerusalem Timur yang diduduki pada jam-jam tertentu. Namun, mereka tidak diizinkan untuk beribadah di sana atau menunjukkan simbol-simbol keagamaan.
Ben-Gvir juga dikritik oleh beberapa orang Yahudi Ortodoks, yang menganggap situs ini terlalu suci untuk dimasuki oleh orang Yahudi. Menurut para rabi terkemuka, orang Yahudi dilarang memasuki bagian mana pun dari Al-Aqsa karena kesuciannya.
Dalam beberapa tahun terakhir, larangan di kompleks tersebut semakin dilanggar oleh kelompok nasionalis religius garis keras seperti Ben-Gvir. Tindakan mereka terkadang memicu konfrontasi dengan warga Palestina.
Kampanye untuk membangun “Kuil Ketiga” di Al-Aqsa semakin berkembang di Israel meski sebelumnya dianggap sebagai gerakan pinggiran. Banyak orang Palestina melihat kesamaan dengan apa yang terjadi di Hebron, tempat Masjid Ibrahimi, yang juga dikenal sebagai Gua Para Leluhur.
Sejak menjabat pada Desember 2022, Ben-Gvir sebagai menteri keamanan nasional Israel telah mengunjungi situs suci tersebut setidaknya enam kali. Hal ini menuai kecaman keras dari berbagai pihak.
Kompleks Masjid Al-Aqsa dikelola oleh Yordania, namun akses ke situs itu sendiri dikendalikan oleh pasukan keamanan Israel.
Ben-Gvir mengatakan kepada Radio Angkatan Darat Israel bahwa orang Yahudi harus diizinkan untuk berdoa di kompleks tersebut. “Orang Arab dapat berdoa di mana pun mereka inginkan, jadi orang Yahudi seharusnya dapat berdoa di mana pun mereka inginkan,” katanya. Ia mengklaim bahwa kebijakan saat ini mengizinkan orang Yahudi untuk berdoa di tempat tersebut.
Beberapa politisi Yahudi ultra-Ortodoks sebelumnya telah mengecam upaya Ben-Gvir untuk mendorong doa Yahudi di Al-Aqsa. Salah satunya, Menteri Dalam Negeri Moshe Arbel. Arbel menyebut komentar Ben-Gvir tentang masalah ini sebagai penistaan, dan menambahkan bahwa larangan doa Yahudi di Temple Mount adalah sikap semua orang besar Israel selama beberapa generasi.
Pernyataan yang Berbahaya
Yordania membalas pernyataan terbaru Ben-Gvir. “Al-Aqsa dan tempat-tempat suci adalah tempat ibadah yang murni bagi umat Islam,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, Sufian Qudah, dalam sebuah pernyataan resmi seperti dikutip Al Jazeera.
“Yordania akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk menghentikan serangan terhadap tempat-tempat suci” dan sedang mempersiapkan berkas-berkas hukum yang diperlukan untuk mengambil tindakan di pengadilan internasional terhadap serangan terhadap tempat-tempat suci," kata Qudah.
Beberapa pejabat Israel juga mengutuk Ben-Gvir. Sementara itu, sebuah pernyataan dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan tidak ada perubahan pada kebijakan saat ini.
“Menantang status quo di Temple Mount adalah tindakan yang berbahaya, tidak perlu, dan tidak bertanggung jawab,” kata Menteri Pertahanan Yoav Gallant di X. Menurutnya tindakan Ben-Gvir membahayakan keamanan nasional Israel.
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengatakan di X bahwa komentar Ben-Gvir yang berulang-ulang menunjukkan bahwa Netanyahu telah kehilangan kendali atas pemerintahannya.
Juru bicara kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh memperingatkan bahwa Al-Aqsa dan tempat-tempat suci adalah garis merah yang tidak akan kami izinkan untuk disentuh sama sekali.
Hamas, yang terlibat perang sengit dengan Israel di Jalur Gaza, mengatakan bahwa komentar menteri tersebut berbahaya. Hamas menyerukan kepada negara-negara Arab dan Islam untuk bertanggung jawab melindungi tempat-tempat suci.
Media Mesir, Ahram Online, melaporkan Kementerian Luar Negeri Mesir meminta Israel untuk mematuhi kewajibannya sebagai negara pendudukan dan menghentikan pernyataan-pernyataan provokatif yang bertujuan untuk meningkatkan ketegangan.
“Pernyataan-pernyataan ini menghalangi upaya-upaya untuk mencapai gencatan senjata dan gencatan senjata di Jalur Gaza dan menimbulkan ancaman serius terhadap masa depan penyelesaian akhir masalah Palestina, yang didasarkan pada solusi dua negara dan pendirian sebuah negara Palestina yang merdeka di sepanjang perbatasan 4 Juni 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibukotanya,” kata Kementerian Luar Negeri Mesir
Komentar itu muncul kurang dari dua minggu setelah Ben-Gvir memicu kemarahan - termasuk dari para rabi Israel yang berpengaruh - dengan mengunjungi kompleks tersebut bersama ratusan pendukungnya. Bahkan, banyak di antara pendukung Ben-Gvir berdoa secara terbuka untuk menentang aturan status quo di Al Aqsa.