Survei Terbaru: Kamala Harris dan Trump Bersaing Ketat, Dipengaruhi Isu Inflasi

ANTARA/Anadolu/PY
Donald Trump dan Kamala Harris
31/10/2024, 21.13 WIB

Pemilihan Presiden atau Pilres Amerika Serikat (AS) akan bergulir pada 5 November, pekan depan. Sejumlah lembaga survei menyatakan elektabilitas calon Presiden AS Kamala Harris dan Donald Trump bersaing ketat.

Survei nasional yang dilakukan oleh AtlasIntel menunjukkan potensi keterpilihan Trump berada di level 49,8%, melebihi elektabilitas Kamala yang berada di 48,1%. Sementara ada 1,4% responden tidak memilih dan 0,6% memilih opsi tidak tahu.

Temuan survei yang merupakan hasil dari penarikan data pada 25-29 Oktober itu menyasar pada sampel yang mewakili 3.032 penduduk AS, berusia 18 tahun ke atas. Penarikan sampel basis menggunakan metode random digital recruitment alias pengumpulan data dari responden dengan cara acak melalui platform digital. Survei ini memiliki toleransi kesalahan sekitar 2% pada tingkat kepercayaan 95%.

Lain halnya dengan hasil jajak pendapat dari The Economist dan YouGov yang menunjukan tingkat keterpilihan Kamala mengungguli  Trump, namun semakin terdesak. Meski masih berada di atas Trump, selisih elektabilitas dengan Kamala kian tipis seiring mendekatnya hari pemilihan pada Selasa, pekan depan.

Survei ini menunjukkan elektabilitas Kamala berada di angka 49%, sementara Trump mengantongi 47%. Temuan survei ini merupakan hasil dari penarikan data pada 25-29 Oktober yang menyasar pada sampel yang mewakili 1.587 penduduk AS berusia 18 tahun ke atas.

Adapun 1% responden memilih Jill Stein, kandidat presiden AS dari Partai Hijau. Sementara ada pengisi survei yang memilih opsi figur lain 2%, tidak tahu 3% dan tidak memilih 1%.

Survei The Economist dan YouGov ini juga memuat beragam isu penting yang menjadi perhatian khusus responden. Di antaranya isu inflasi 24%, kebijakan imigrasi 13%, ekonomi dan lapangan kerja 11%.

Selain itu, sejumlah responden juga memandang penting hak aborsi 9%, perubahan iklim dan lingkungan 8%, kesehatan 8% hingga isu pajak dan pengeluaran pemerintah 5%.

The Economist dan YouGov menggunakan pendekatan pengumpulan data yang menggunakan platform online untuk melakukan wawancara dengan responden alias web-based interviews.  Survei ini memiliki toleransi kesalahan sekitar 3,6%.

Reporter: Muhamad Fajar Riyandanu