Tari Lilin berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat. Disebut lilin karena penari membawa lilin yang menyala di tangan mereka. Lilin tersebut berdiri tegak diatas piring kecil yang dipegang penari. Tarian ini ditampilkan secara berpasangan oleh penari perempuan dan laki-laki.
Awalnya tarian ini ditampilkan ketika acara-acara adat dan kesenian istana. Kemudian tari lilin dipakai berbagai acara seperti festival budaya, kesenian daerah, dan penyambutan tamu penting. Tari Lilin dilakukan ketika malam hari dan berkaitan dengan cerita rakyat di masa lalu.
Ada juga jenis tari Lilin Berpingga Kayu Agung dari Sumatera Selatan. Tari lilin ini terinspirasi dari menyambut malam ke-21 tiap bulan Ramadhan. Masyarakat di Sumatera Selatan menyebut tradisi ini Miyah Malaman.
Mengutip dari laman tradisi.kemdikbud.go.id, tarian ini berawal dari para pemuda yang datang berkunjung ke teman perempuan mereka. Pemuda ini membawa bungkus lilin dan kembang api. Mereka menyalakan lilin dan kembang api di halaman rumah untuk menyambut tradisi Miyamah.
Makna Tari Lilin
Tarian ini bermula dari kepercayaan masyarakat Minangkabau tentang seorang gadis. Mengutip dari jakarta-tourism.go.id, gadis tersebut ditinggal oleh tunangan ketika pergi berdagang.
Kemudian gadis itu kehilangan cincin pertunangan lalu mencarinya. Sang gadis mencari cincinnya sampai larut malam menggunakan lilin yang ditaruh diatas piring.
Perempuan tersebut berkeliling dari pekarangan rumah demi mencari cincinnya. Dia sampai membungkuk mencari dan gerakannya meliuk-liuk seolah menari. Cerita tersebut menjadi kepercayaan masyarakat.
Kisah itu menjadi latar belakang tari lilin yang memperlihatkan keindahan gerakan tari ketika membawa lilin. Gerakan indah tersebut dipakai supaya api lilin tidak mudah padam. Tarian tersebut dilakukan secara berkelompok, Ada beberapa gerakan tari seperti membungkuk, menengadah, dan meliuk.
Mengutip dari pariwisataindonesia.id, gerakan tari lilin ini menceritakan sekelompok gadis yang membantu temannya mencari cincin tunangan yang hilang.
Properti Tari Lilin
Properti adalah kelengkapan tari yang dipakai untuk penampilan tarian. Contoh properti yang dipakai untuk menari seperti kipas, selendang, musik senjata, piring, payung, cawan, sapu tangan dan lainnya.
Lilin
Tari lilin memakai satu lilin berukuran sedang yang ditaruh dalam piring kecil. Lilin yang menyala ini diletakkan di kedua telapak tangan para penari. Dibutuhkan keseimbangan dan konsentrasi supaya lilin tetap menyala.
Busana
Busana yang dipakai para penari adalah pakaian adat khas Minangkabau. Penari memakai tengkuluak (hiasan kepala), baju batabue (busana atasan), lambak (busana bawah), dan salampang. Aksesoris yang dipakai berupa gelang, kalung, dan cincin.
Alat Musik
Alat musik yang digunakan untuk mengiringi tari Lilin merupakan alat musik tradisional Sumatera. Alat musik yang dipakai seperti akordeon, biola, gong, gitar, kenong, gendang, bonang, sampai tok-tok.
Pola Lantai Tari Lilin
Penari perempuan dan laki-laki memegang piring berisi lilin yang menyala di telapak tangan mereka. Penari ini akan memutar piring secara horizontal agar lilin tidak padam. Para penari juga menggerakkan tubuh secara hati-hati Tarian ini memakai gerakan lurus ke depan dan belakang.
Tarian ini terdiri dari gerakan ayunan tangan, gerakan berdoa, meliuk, dan memutar badan. Ada juga gerakan memutar tangan yang dilakukan ketika duduk bersimpuh. Penari membutuhkan keahlian khusus untuk juga meliuk-liukkan badan dan menjaga lilin tetap menyala.
Cara membuat lilin tetap menyala adalah mempertahankan posisi piring tetap datar. Posisi datar ini bisa mengurangi terpaan angin yang membuat api lilin padam.
Jenis Tari Lilin
Tari Lilin Siwa
Salah satu jenis tari lilin adalah tari Lilin Siwa yang termasuk tarian tradisional dari Palembang, Sumatera Selatan. Tarian ini ada sejak kerajaan Sriwijaya berkuasa di Palembang. Perkembangan agama Hindu membuat tari Lilin Siwa sebagai bentuk penghormatan kepada Dewa Siwa, dewa tertinggi di agama Hindu.
Tari Lilin Siwa dipopulerkan oleh Rozak tahun 1943. Tarian ini termasuk jenis tari yang membawa lilin di piring besar. Penari terdiri dari remaja perempuan minimal 3 orang. Para penari membawa lima buah piring besar dan lima piring kecil. Perbedaan dengan lilin biasa, tari Lilin Siwa hanya menjalankan satu buah lilin.
Penari mengambil posisi duduk bersimpuh dan meletakkan tumpukan piring ke lantai. Mereka menata piring yang dibawa dalam satu barisan ke belakang, lalu melangkah mundur.
Tari Lilin Bepinggan
Tarian tradisional ini berasal dari kota Kayuagung, Sumatera Selatan. Tarian ini berfungsi sebagai hiburan untuk masyarakat setempat. Mengutip dari Jurnal “Estetika Tari Lilin Bepinggan pada Masyarakat Kayuagung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, Provinsi Sumatera Selatan”, tarian ini dilakukan oleh 3 sampai 9 penari perempuan yang berasal dari sembilan marga.
Setiap gerakan tari Lilin Bepinggan memiliki makna sendiri. Tarian ini melambangkan keceriaan untuk menyambut malam Lailatul Qadar. Gerakan tarian terdiri dari gerak ancang-ancang, nginjit menginjit (mempersiapkan diri), gerak cakat turun (tangan naik turun), dan ngopar pungu (mengeparkan tangan)