Benarkah Bisa Lebih Gembira dengan Olahraga Poundfit?

Katadata | Ajeng Nindias
Penulis: Tim Redaksi
1/3/2022, 11.40 WIB

Tik, tik, tik, tik. Bunyi ripstix terdengar mengikuti musik yang dimainkan di area terbuka Omah Petroek, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Sore itu, Sabtu pekan lalu, puluhan peserta Festival Cinta mengikuti olahraga poundfit yang dipandu Pound Pro Lena Kana. Mereka sibuk menggerakkan sepasang tongkat berwarna hijau sesuai lagu dengan tempo cepat yang dibawakan band Kidjing and the Black Mamba.

Di beberapa bagian musik, Lena melakukan squat, yakni gerakan menekuk lutut serta mendorong pantat ke belakang, sambil menabuh ripstix. Di bagian yang lain, ia menggerakkan kaki kanan ke belakang lalu duduk tanpa lutut menyentuh lantai.

Ketika berada di posisi bernama lunge tersebut, Lena bakal memukul tongkat hijau di tangannya ke atas kepala atau lantai bagian depan. “Ayo, gerak. One, two, three, four,” di berteriak. Peserta festival pun meniru gerakan Lena. Ada yang persis sama, Ada yang mendekati serupa.

Mengutip laman Poundfit, pound adalah olahraga yang menggabungkan kardio, kekuatan, dan conditioning dengan gerakan yang terinspirasi dari yoga dan pilates. Aktivitas fisik ini membutuhkan ripstix, stik drum berbobot ringan yang dirancang khusus buat olahraga. Layaknya pemain alat musik drum, pound mengubah permainan drum menjadi cara berolahraga yang efektif.

Lena mengatakan pound dan poundfit berikut Pound Pro memiliki arti berbeda. “Kelasnya namanya hanya pound. Kenapa tiba-tiba ada fit itu karena pound fitness kan fitnes berarti olahraga ya. Jadi sebutannya hanya pound. Terus gurunya disebut Pound Pro,” katanya.

Di Jakarta, Lena bergabung dengan komunitas Yoga Gembira. Ada empat orang Pound Pro yang mengisi kelas poundfit di sana setiap Minggu di Taman Suropati, Menteng. Kelas yoga dimulai pukul 7 pagi sedangkan sesi poundfit berlangsung dua jam kemudian. Orang ada yang semata-mata ikut poundfit atau hanya tertarik beryoga. Tetapi, ada pula yang semangat melakukan keduanya.

Bagi Lena, poundfit menarik sebab olahraga ini tidak mengajarkan cara berkompetisi dengan orang lain, sebaliknya untuk bersaing dengan diri sendiri agar bisa melakukan gerakan secara maksimal. “Misalnya pada saat squat. Saya mulanya enggak bisa. Setelah dicoba lagi, bisa posisi sampai ke bawah. Saya berkompetisi dengan diri sendiri cara melakukan itu,” ujarnya.

Poundfit Festival Cinta (Katadata | Ajeng Nindias)

Lena mengatakan gerakan di poundfit tak jauh berbeda dengan yoga. Pose squat, lunge, serta warrior juga dipraktikkan. Ketika bergerak, ripstix dipakai untuk mengalirkan energi saat badan bergerak mengikuti musik. Suara tongkat tersebut serupa dengan denyut jantung manusia sehingga menurut Lena aktivitas fisik ini bisa dipakai untuk healing.

“Ada keriuhan atau rasa bahagia setelah ikut pound. Ketukan ripstix yang seperti denyut jantung itu menjadikan pound sebagai proses healing. Healing itu bukan hanya orang harus tenang, juga bisa mengekspresikan dengan tetap ada aturan. Nah, poundfit ada aturannya. Ada pose squad, lunge, warrior,” kata Lena.

Untuk musik, dia menggunakan lagu-lagu tertentu yang telah dibayar royaltinya. Khusus di Festival Cinta, lagu tersebut diaransemen ulang sehingga bisa dimainkan oleh band gamelan rock Kidjing and the Black Mamba.

Pound ini dari Amerika. Biasanya, di luar negeri pound hanya diiringi drum sebagai lead. “Kali ini diiringi alat musik lain. Mereka bikin aransemen karena memang nada-nada di gamelan terbatas jadi ditransfer ke versi gamelan tetapi tidak mengubah menitnya, jadi saya bisa ngikutin,” ujarnya.

Total ada tujuh lagu yang dipakai di sesi “Poundfit dan Gamelan” yang dipandu Lena. Ada warna tradisional dari piranti gamelan berupa bonang, kendang, serta saron sekaligus unsur kekinian permainan alat musik drum, gitar, bas guitar, dan piano keyboard. Spirit poundfit dan gamelan serupa, yakni semangat komunal dan berkegiatan bersama-sama.

“Awalnya aku agak kaget karena biasanya mengiringi teater dan tari. Tetapi aku lihat ada irisannya antara gamelan dan poundfit. Terus diceritain sama Kak Lena kalau di luar negeri itu juga sudah ada poundfit yang kolaborasi dengan musik-musik perkusi tradisional,” kata Kidjing, personel band Kidjing and the Black Mamba.

Proses koodinasi untuk aransemen musik, kata Lena, berjalan secara daring. Mulanya ia mengirimkan lagu-lagu poundfit ke Kidjing and the Black Mamba. Dari sana, Kidjing dan kawan-kawan mengecek yang bisa diaransemen dengan gamelan. Satu hari sebelum festival, keduanya baru berkolaborasi secara langsung saat geladi resik.

Lena berharap rasa bahagia yang muncul usai berolahraga pounfit memberikan energi positif yang dibutuhkan di masa pandemi. Hal tersebut turut jadi keinginannya saat berpartisipasi di Festival Cinta.

Lewat poundfit, energi peserta berusaha dibuang sehingga rasa senang yang berpengaruh ke pikiran dan badan muncul. Mereka juga diajak untuk merasakan tubuh mereka. Ketukan ripstix yang serupa dengan denyut jantung membuat peserta festival merasakan kemampuan mereka. Mereka dapat mengurangi gerak jika ada gerakan yang dirasa berlebihan bagi badan.