Mengenal Ciri-ciri Depresi yang Kerap Tidak Disadari

ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha
Ilustrasi, mahasiswa jurusan Bimbingan Konseling (BK) Universitas Veteran Bantara (Univet) Sukoharjo dengan memakai riasan tokoh Joker melakukan aksi bertema Stop Depresi di Simpang Lima Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (10/10/2019). Aksi tersebut dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Jiwa Sedunia 2019.
Penulis: Tifani
Editor: Agung
24/10/2022, 14.04 WIB

Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan kehilangan minat terhadap hal-hal yang disukai.

Meski memiliki banyak gejala, ciri-ciri depresi pada umumnya adalah munculnya perasaan marah, sedih, dan kurang motivasi, secara terus menerus. Namun, rupanya ciri-ciri depresi tak hanya secara psikologi, namun juga memiliki secara fisik.

Dilansir dari laman alodokter.com, ciri-ciri depresi secara fisik pada seseorang adalah selalu merasa lelah dan tak bertenaga, pusing dan nyeri tanpa penyebab yang jelas, serta menurunnya selera makan.

Ciri-ciri Depresi

Ciri-ciri depresi dapat dilihat dari dua aspek, yaitu psikologi dan fisik. Dari aspek psikologis, ciri-ciri depresi meliputi:

  1. Selalu merasa bersalah dan sering menyalahkan diri sendiri
  2. Merasa putus asa, rendah diri, dan tidak berharga atau memiliki self esteem yang rendah
  3. Selalu merasa cemas dan khawatir yang berlebihan
  4. Suasana hati yang buruk atau sedih secara berkelanjutan
  5. Mudah marah atau sensitif, dan mudah menangis
  6. Sulit berkonsentrasi, berpikir, dan mengambil keputusan
  7. Menjadi apatis terhadap lingkungan sekitarnya
  8. Tidak tertarik dan tidak memiliki motivasi terhadap segala hal (anhedonia)
  9. Timbul ide untuk menyakiti diri sendiri atau percobaan bunuh diri

Sementara itu, ciri-ciri fisik yang muncul akibat depresi antara lain:

  1. Selalu merasa kelelahan dan tidak bertenaga
  2. Selera makan menurun atau tidak berselera makan
  3. Insomnia atau malah terlalu banyak tidur
  4. Pusing atau nyeri yang tidak jelas penyebabnya
  5. Gerak tubuh dan cara bicara lebih lambat dari biasanya
  6. Tidak ada gairah seksual
  7. Berat badan turun atau malah naik secara drastis

Depresi tidak selalu menimbulkan gejala yang sama, tergantung pada keparahan yang dialami masing-masing penderita. Depresi ringan bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan hubungan sosial.

Sedangkan pada depresi yang berat, penderita benar-benar tidak bisa melakukan aktivitas sehari-hari dan membina hubungan dengan orang lain.

Jenis-jenis Depresi

Depresi terbagi dalam beberapa jenis, sesuai dengan tingkat keparahan dan penyebabnya. Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis depresi:

1. Depresi Mayor

Depresi mayor ditandai dengan rasa sedih, hilang ketertarikan, atau gejala depresi lainnya. Kondisi ini bisa terjadi hampir setiap saat dan berlangsung selama 2 minggu atau lebih.

2. Distimia

Distimia atau gangguan depresi kronis (persistent depressive disorder) adalah depresi mayor yang sudah berlangsung cukup lama, minimal selama 2 tahun.

3. Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar adalah gangguan mood yang ditandai dengan perubahan suasana hati atau emosi yang drastis pada dua periode waktu. Saat mengalami bipolar, seseorang bisa mengalami episode mania (sangat senang) dan episode depresi mayor (sangat sedih atau terpuruk).

4. Depresi Postpartum

Kondisi ini biasanya dialami oleh ibu yang baru saja melahirkan. Umumnya, depresi postpartum akan ditandai dengan munculnya gejala depresi mayor dalam kurun waktu 1 tahun setelah melahirkan.

5. Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)

Pada beberapa wanita, keluhan dan gejala PMDD bisa muncul 1 minggu sebelum menstruasi, kemudian menghilang setelah masa menstruasi. Kondisi ini berbeda dengan gejala PMS (premenstrual syndrome).

6. Depresi Atipikal

Depresi atipikal atau atypical depression ditandai dengan munculnya beberapa gejala depresi yang terkadang tidak khas, seperti berat badan naik drastis, tidur yang terlalu banyak, dan sedih yang berlebihan dengan penolakan. Biasanya, gejala tersebut dapat mereda dengan suasana atau kejadian positif.

7. Psychotic Depression

Psychotic depression terjadi bila seseorang mengalami depresi berat dan disertai dengan gejala psikotik, seperti halusinasi, gangguan pola pikir, atau waham (delusi).

Segera periksakan ke dokter jika mengalami ciri-ciri seperti yang telah dijabarkan, atau orang terdekat mengalami gejala di atas. Terutama bila muncul keinginan untuk mencelakai diri sendiri atau orang lain.

Penanganan yang tepat sejak dini dapat membantu penderita untuk lebih produktif dan mencegah terjadinya komplikasi akibat depresi. Perlu diketahui, penderita depresi berat sering kali tidak menyadari kondisinya.

Cara Mengobati Depresi

Depresi akan lebih mudah disembuhkan jika dideteksi lebih dini dan segera diatasi. Penanganan terhadap depresi mencakup psikoterapi, obat-obatan, atau terapi kejut listrik. Dokter akan memilih dari metode pengobatan tersebut berdasarkan kondisi pasien. Berikut ini adalah penjelasannya:

1. Psikoterapi

Dokter akan melakukan psikoterapi melalui wawancara dengan pasien. Psikoterapi bertujuan untuk mengukur beberapa aspek yang dialami penderita, seperti:

  • Sudut pandang negatif terhadap situasi yang dialami
  • Pengalaman yang membuat tertekan
  • Komunikasi dan hubungan dengan orang lain
  • Emosi

2. Obat Antidepresan

Dokter juga dapat memberikan obat antidepresan untuk membantu mengatasi gejala depresi. Antidepresan bekerja dengan menyeimbangkan zat kimia dalam otak yang mengatur perasaan.

Beberapa jenis obat antidepresan yang dapat diresepkan oleh dokter adalah:

  • Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), misalnya escitalopram dan fluoxetine
  • Serotonin-norepinephrine reuptake inhibitors (SNRIs), contohnya duloxetine, dan venlafaxine
  • Tricyclic antidepressant, misalnya amitriptyline
  • Monoamine oxidase inhibitors (MAOIs), seperti phenelzine dan isocarboxazid
  • Atypical antidepressant, seperti mirtazapine
  • Tetracyclic antidepressant, seperti maprotiline
  • Pengobatan ini juga dapat dikombinasikan dengan beberapa jenis obat antipsikotik, seperti quetiapine dan aripiprazole.

Obat antidepresan membutuhkan waktu sekitar 2–4 minggu untuk bekerja dan meredakan gejala depresi. Umumnya, obat ini harus dikonsumsi selama 6–12 bulan.

Penting untuk diingat, jangan menambah, mengurangi, atau menghentikan konsumsi obat antidepresan tanpa anjuran dokter.

Jika diperlukan, dokter dapat mempertimbangkan untuk mengubah dosis, sesuai dengan kondisi pasien dan responsnya terhadap terapi.

Adapun, pengurangan dosis harus dilakukan secara bertahap. Berhenti mengonsumsi obat secara tiba-tiba dapat menyebabkan gejala depresi muncul kembali atau malah memperparah gejala.

3. Terapi Kejut Listrik

Jika obat belum dapat meredakan gejala depresi, maka terapi kejut listrik atau electroconvulsive therapy (ECT) bisa dijadikan pilihan pengobatan.

Pada ECT, gelombang listrik akan dialirkan ke tubuh pasien untuk mengubah zat kimia dalam otak. Dengan begitu, diharapkan gejala depresi bisa mereda.

Selain tiga terapi di atas, terapi stimulasi magnet (transcranial magnetic stimulation) juga dapat dilakukan pada pasien yang tidak merespons obat antidepresan.

Terapi ini mengirimkan sinyal magnetik untuk merangsang sel-sel saraf otak yang mengatur suasana hati, sehingga mengurangi gejala depresi.

Perlu diketahui, dukungan keluarga juga penting dalam membantu penyembuhan depresi. Perbaikan pola hidup, pola makan, dan pengelolaan stres, juga penting untuk membantu proses pemulihan.

Selain itu, lakukan kontrol rutin ke dokter agar perkembangan kondisi dan respon pasien terhadap terapi dapat terpantau.

Penderita depresi yang parah atau yang memiliki keinginan untuk bunuh diri perlu dirawat di rumah sakit. Hal ini dilakukan untuk memantau perkembangan penderita, sekaligus melindungi penderita hingga suasana hatinya berubah menjadi lebih baik.

Pencegahan Depresi

Menerapkan gaya hidup sehat dapat membantu mencegah terjadinya depresi, atau mencegah perburukan gejala pada orang yang telah didiagnosis menderita depresi. Beberapa upaya preventif yang dapat dilakukan adalah:

  1. Lakukan relaksasi untuk mengatasi stres, misalnya yoga atau pilates.
  2. Cukupi kebutuhan tidur, minimal selama 8 jam per hari.
  3. Hindari konsumsi minuman beralkohol.
  4. Lakukan olahraga secara teratur.
  5. Pastikan untuk berkumpul dengan teman atau keluarga pada waktu luang.
  6. Batasi penggunaan sosial media jika dirasa mengganggu.
  7. Jauhi orang yang membawa pengaruh buruk.
  8. Lakukan pengobatan dan kontrol rutin terhadap penyakit kronis yang berisiko menyebabkan depresi.
  9. Konsultasikan dengan dokter jika merasakan sedih yang berkepanjangan, terutama setelah mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.